SUARAKALBAR.CO.ID
Beranda Opini Keluarga Sakinah dalam Perspektif Al-Qur’an dan Sunnah

Keluarga Sakinah dalam Perspektif Al-Qur’an dan Sunnah

Fakhurrazi Al Kadrie

Oleh: Fakhurrazi Al Kadrie S.HI, MP.D

‎Ada satu ayat dalam Al-Qur’an yang begitu indah, seolah menjadi lukisan sempurna tentang tujuan pernikahan:

‎ “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu pasangan-pasangan dari jenismu sendiri, supaya kamu merasa tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir.”

‎(QS. Ar-Rum: 21)

‎Ayat ini bukan hanya sekadar penjelasan, melainkan undangan untuk merenung: mengapa Allah menggunakan kata sakinah, mawaddah, dan rahmah dalam satu kalimat? Jawabannya karena rumah tangga bukanlah sekadar urusan formalitas akad, tetapi medan membangun ketenteraman, cinta, dan kasih yang terjalin atas dasar iman.

‎Secara bahasa, sakinah berarti ketenangan yang menembus hati, bukan sekadar diamnya suara atau berkurangnya pertengkaran. Dalam perspektif Islam, sakinah adalah kondisi ruhani yang tercipta ketika suami dan istri sama-sama menjadikan Allah sebagai pusat orientasi hidup. Seperti perahu yang menemukan dermaganya, sakinah membuat setiap anggota keluarga merasa “pulang” saat bersama, meski dunia di luar begitu gaduh.

‎Pondasi Qur’ani dan Teladan Nabawi

‎Rasulullah ﷺ menunjukkan bahwa sakinah bukan hadir secara ajaib, melainkan diusahakan melalui akhlak. Beliau memuliakan istri-istrinya, mendengarkan mereka berbicara, bahkan ikut membantu pekerjaan rumah. Hadis riwayat Imam Bukhari menceritakan, Aisyah RA berkata: “Beliau (Rasulullah) membantu pekerjaan keluarganya, dan apabila datang waktu salat, beliau keluar untuk salat.”

‎Inilah teladan bahwa kepemimpinan dalam rumah tangga tidak memadamkan kelembutan, dan cinta tidak menghilangkan wibawa.

‎Para ulama menegaskan bahwa keluarga adalah madrasah ula sekolah pertama bagi anak. Dari sinilah akidah, adab, dan nilai kehidupan diserap. Anak-anak tidak hanya belajar dari nasihat, tetapi dari atmosfer rumah itu sendiri. Rumah yang penuh sakinah akan memantulkan ketenangan kepada jiwa anak, membentuk karakter mereka untuk masa depan.

‎Di tengah derasnya arus digital, tantangan membangun keluarga sakinah menjadi semakin kompleks. Gawai, media sosial, dan budaya instan bisa menggerus komunikasi hangat dalam rumah. Namun, jika nilai Qur’ani dan teladan Nabi tetap dihidupkan, sakinah bukan hanya mungkin, tapi akan menjadi benteng kokoh dari segala guncangan zaman.

‎Mewujudkan keluarga sakinah bukan proyek sehari jadi. Ia adalah perjalanan yang diisi sabar saat konflik, syukur saat lapang, dan doa yang tak pernah putus. Setiap senyum yang diberikan pasangan, setiap pelukan yang menenangkan anak, adalah bagian dari jalan menuju ridha Allah.

‎Dan kelak, di hadapan Allah, keluarga yang menjaga sakinah akan dipanggil dengan panggilan mulia:

‎”Masuklah kamu ke dalam surga bersama-sama dengan orang-orang yang saleh.”

‎(QS. An-Nahl: 32)

‎Sakinah di dunia hanyalah bayangan dari sakinah abadi di akhirat. Dan setiap keluarga muslim punya kesempatan untuk meraihnya, mulai dari langkah kecil hari ini: saling mendekat, saling memahami, dan saling mendoakan.

*Penulis adalah Penyuluh Agama Islam Kementerian Agama Kota Pontianak 

IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Join channel telegram websitekami.com agar tidak ketinggalan berita loker terbaru lainnya

Join now
Komentar
Bagikan:

Iklan