SUARAKALBAR.CO.ID
Beranda Opini Kapitalis Menggerus Bingkai Keluarga

Kapitalis Menggerus Bingkai Keluarga

Muriani

Oleh: Muriani  

Pernikahan merupakan ikatan suci sepasang suami istri yang diikat dengan iman dan taqwa. Dari pernikahan tersebut akan menciptakan sebuah keluarga di dalamnya. Lika-liku kehidupan yang dijalani bersama tentu akan mengukir banyak warna dan rasa. Sayangnya, tidak sedikit dari suami istri yang menyerah dan memutuskan untuk tidak lagi menjalani kehidupan bersama. Seperti yang tercatat dalam Pengadilan Tinggi Agama di Pontianak (Kalbar), angka perceraian tertinggi berada di Kabupaten Ketapang. Bahkan sekitar 80% pengajuan gugatan perceraian dilakukan oleh pihak perempuan, Kalbaronline.com, Selasa, (12/08/2925).

Sistem yang Gagal Mencetak Keluarga

Keharmonisan rumah tangga biasanya menjadi impian bagi setiap pasangan. Bagaimana setiap orang tua paham tentang hak dan kewajiban masing-masing, begitu juga bagaimana perannya terhadap anak mereka. Namun faktanya keluarga bukan lagi tempat ternyaman, pasangan hidup tak lagi menjadi sandaran, dan kebahagiaan anak tidak lagi menjadi prioritas. Sebegitu mengerikankah kondisi keluarga saat ini? Sampai tidak mampu lagi menjaga mahligai yang dulu menjadi komitmen hidupnya.

Hal ini dipicu karena faktor ekonomi yang semakin sulit. Ditambah lagi lapangan pekerjaan yang terbatas dan gaji suami yang tidak cukup memenuhi kebutuhan keluarga sehari-hari,emaksa para istri keluar rumah demi mencari tambahan pemasukan lain. Terlebih lagi pemerintah mengkampanyekan pemberdayaan ekonomi perempuan, dari sinilah peran perempuan bergeser menjadi mandiri karena berhasil memperoleh finansial. Namun semakin banyak pula seorang ibu yang meninggalkan perannya sebagai pencetak generasi tangguh bagi putra putrinya.

Suami yang belum mampu memenuhi kebutuhan keluarga rentan dinilai rendah oleh istri yang berpenghasilan lebih tinggi. Sementara itu negara tidak memberikan pembinaan agama agar mengokohkan iman dalam jiwa. Akibatnya, sirnalah rasa kasih sayang, hormat dan bakti kepada suami. Anak sudah tentu akan kehilangan hangatnya keluarga yang menjadi penjaganya. Dapat kita telaah bahwa penyebab kusutnya keluarga karena negara gagal mensejahterakan masyarakat. Solusi yang dikampanyekan nyatanya tidak berdampak positif, namun menyesatkan. Dalam Kapitalisme materi ditempatkan sebagai posisi tertinggi. Siapa yang berpenghasilan lebih tinggi dialah yang berkuasa dan pengatur dalam rumah tangga. Sebaliknya, siapa yang berpenghasilan lebih rendah maka ia akan tergusur dan dicampakkan sekalipun pasangan hidupnya sendiri.

*Penulis adalah Aktivis Perempuan Ketapang, Kalimantan Barat

IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Join channel telegram websitekami.com agar tidak ketinggalan berita loker terbaru lainnya

Join now
Komentar
Bagikan:

Iklan