Penyuluh Agama di Garda Depan: Cegah Dini dan Deteksi Paham Keagamaan di Kota Pontianak
Oleh: Fakhurrazi Al Kadrie S.HI, MP.d
“Kerusakan tidak dimulai dari senjata, tapi dari narasi yang menyimpang.” Kalimat ini tampaknya relevan di tengah derasnya arus pemikiran keagamaan yang beragam bahkan ekstrem yang menyusup perlahan ke ruang-ruang sosial kita. Kota Pontianak, sebagai kota multikultural dan multireligius, bukanlah tempat yang steril dari ancaman paham keagamaan menyimpang.
Maka, di sinilah tugas penyuluh agama bukan sekadar menjadi penceramah atau pengisi kajian, tetapi menjadi garda depan pencegahan dan deteksi dini paham keagamaan yang berpotensi mengoyak kerukunan umat.
Dalam Islam, pencegahan (wiqayah) seringkali lebih diutamakan daripada pengobatan.
Rasulullah SAW bersabda: “Jangan sampai seseorang masuk ke dalam sarang fitnah sebelum ia mengetahui pintu keluarnya.”
Deteksi dini adalah bentuk ikhtiar menjaga umat agar tidak tersesat sebelum terjerumus.
Paham keagamaan yang menyimpang kerap tidak datang secara frontal. Ia masuk perlahan melalui narasi baik lewat mimbar, grup WhatsApp, YouTube, bahkan dalam percakapan santai. Ketika tidak disadari, pola pikir eksklusif, intoleran, bahkan radikal bisa menyelimuti seseorang dengan kedok “kembali ke ajaran murni.”
Sebagai penyuluh, kami turun ke masyarakat bukan hanya menyampaikan materi keislaman, tapi juga membaca gelagat sosial. Kami mengamati:
Apakah ada jamaah yang mulai eksklusif dari lingkungan?
Apakah muncul narasi kebencian pada kelompok lain?
Apakah remaja masjid mulai fanatik secara berlebihan kepada satu ustaz saja?
Kami tidak serta-merta menuduh. Sebaliknya, pendekatan persuasif, dialogis, dan edukatif menjadi cara kami merangkul. Sebab Islam yang sejati bukan keras dalam dakwah, tapi bijak dalam merangkul.
Upaya deteksi dini tidak bisa dilakukan sendiri. Kami menyadari pentingnya kolaborasi dengan berbagai pihak:
Tokoh agama dan adat: agar pendekatan sesuai kearifan lokal
Orang tua dan sekolah: sebagai kontrol utama remaja
Lembaga pemerintah dan ormas Islam: sebagai mitra edukasi berkelanjutan
Bersama-sama, kita membentuk tameng sosial yang kuat untuk menangkal infiltrasi paham ekstrem dan menyimpang.
Islam yang kami sampaikan adalah Islam yang menghadirkan harapan, bukan kecemasan. Islam yang membuka pintu damai, bukan sekadar menghukumi. Islam yang menguatkan nilai kemanusiaan dan kebangsaan sebagai bagian dari keimanan.
Penyuluh bukan aparat pengawas akidah. Kami adalah teman dialog umat. Tempat bertanya. Penenang kegelisahan batin. Pelurus pemahaman yang bengkok. Dan semuanya dilakukan dengan hikmah, mau’izhah hasanah, dan mujadalah bil lati hiya Ahsan.
Jika kita ingin Kota Pontianak tetap damai dan masyarakatnya moderat, maka deteksi dan pencegahan dini terhadap paham keagamaan menyimpang adalah keniscayaan. Dan di barisan depan itu, penyuluh agama hadir. Mungkin diam-diam, tapi pasti.
Kami tidak menuding, tapi mengajak.
Kami tidak mencaci, tapi merangkul.
Kami tidak menyudutkan, tapi menyadarkan.
Sebab agama adalah cahaya, dan tugas penyuluh adalah memastikan cahaya itu tetap menyinari bukan membakar.
*Penulis adalah Penyuluh Agama Islam Kementerian Agama Kota Pontianak
IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS






