SUARAKALBAR.CO.ID
Beranda Daerah Pontianak Netty Herawati Akademisi Perempuan Wakili Kalbar Ikut Seleksi Dewan Energi Nasional

Netty Herawati Akademisi Perempuan Wakili Kalbar Ikut Seleksi Dewan Energi Nasional

Netty Herawati Akademisi Perempuan Kalbar Ikut Seleksi Anggota Dewan Energi Nasional.[HO-Istimewa]

Pontianak (Suara Kalbar)- Dosen senior Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Tanjungpura (FISIP Untan), Netty Herawati, menjadi salah satu kandidat dalam seleksi anggota Dewan Energi Nasional (DEN). Ia siap mengabdikan diri untuk pembangunan energi Indonesia yang inklusif, berkelanjutan, dan berpihak pada masyarakat daerah.

Netty menyampaikan keinginannya untuk memberikan kontribusi lebih besar bagi bangsa, khususnya Kalimantan Barat, setelah lebih dari 30 tahun mengabdi di dunia pendidikan tinggi, riset, dan pengabdian masyarakat.

“Saya merasa sudah tuntas untuk diri saya sendiri, saya ingin memberikan pengabdian lebih luas untuk Indonesia, dan Kalimantan Barat secara khusus,” ujarnya,  Rabu 16 Juli 2025.

Dirinya menjelaskan setelah dinyatakan lulus administrasi dan telah mengikuti Assesment.

“Mohon doa mudahan ada keterwakilan orang Kalbar dalam Dewan Energi Nasional periode ini,” katanya.

Netty mengungkapkan telah lolos seleksi administrasi dan menjalani tahapan asesmen. Ia berharap keterwakilan Kalbar dapat hadir dalam tubuh DEN periode mendatang.

Lulusan doktor Ilmu Komunikasi dari Universitas Padjadjaran ini dikenal sebagai pakar dalam komunikasi publik, komunikasi risiko, serta penerimaan sosial terhadap teknologi energi, termasuk nuklir. Ia telah lebih dari satu dekade aktif menjadi narasumber dan peneliti dalam isu-isu strategis nasional, termasuk dalam kajian penerimaan publik terhadap pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) di Kalimantan Barat.

Tak hanya di level nasional, kiprahnya juga dikenal di forum internasional. Netty pernah mengikuti pelatihan dari International Atomic Energy Agency (IAEA) di Amerika Serikat dan pelatihan publik energi nuklir di Jepang. Pada 2025 ini, ia juga terlibat dalam kajian tapak dan pemetaan sosial-kultural pembangunan PLTN bersama BRIN dan ITB.

Komitmennya tak hanya dalam ranah akademik, namun juga sebagai jembatan antara kebijakan, masyarakat, dan ilmu pengetahuan. Ia kerap tampil sebagai juru bicara Kalbar di berbagai forum nasional, mengangkat isu-isu perbatasan, pemberdayaan masyarakat lokal, hingga pentingnya keadilan wilayah dalam kebijakan energi.

Penghargaan seperti Satyalancana Karya Satya XX dan XXX dari Presiden RI, serta Best Paper dalam Seminar Nasional Teknologi Energi Nuklir telah diraihnya. Namun, bagi Netty, penghargaan terbesar adalah ketika hasil risetnya menjadi dasar dalam penyusunan kebijakan publik yang berpihak kepada masyarakat.

Dalam konteks transisi energi menuju Net Zero Emission, Netty menegaskan bahwa PLTN kini menjadi opsi penting dalam dokumen Rencana Umum Energi Nasional (RUEN). Namun tantangannya besar, termasuk rendahnya partisipasi publik, khususnya perempuan, dalam isu energi nuklir.

“Transisi energi menuju sistem rendah karbon akan gagal bila tidak inklusif,” ujarnya

Sebagai penggagas Himpunan Masyarakat Nuklir Indonesia (HIMNI) dan Dewan Pakar Masyarakat Energi Baru Nuklir Indonesia, Netty ingin memperkuat legitimasi sosial sektor energi melalui pendekatan gender dan komunikasi publik.

“Dengan membuka ruang bagi perempuan di sektor nuklir, Indonesia memperkuat legitimasi sosial dan ketahanan energi jangka panjang,” ungkap penggagas dari Himpunan Masyarakat Nuklir HIMNI dan Dewan Pakar Masyarakat Energi Baru Nuklir Indonesia.

IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Join channel telegram websitekami.com agar tidak ketinggalan berita loker terbaru lainnya

Join now
Komentar
Bagikan:

Iklan