Bukan Dewan Tapi Tukang Sambal! Ini Cerita Unik di Balik Warung Lalapan Pak Dhe Wan
Pontianak (Suara Kalbar) – Nama Warung Lalapan Pak Dhe Wan kerap terdengar seperti nama seorang politisi atau anggota dewan. Namun jangan salah sangka, dibalik nama tersebut, terungkap tidak ada jabatan, tidak ada partai. Namun yang ada hanya tukang ‘ngulek’ sambal.
“Kenapa kita kasih nama Pak Dhe Wan? Karena ‘Pak Dhe’ itu orang Jawa, dan Wawan itu yang tukang ngulek sambalnya. Kita ambil ‘Wan’nya, jadi Pak Dhe Wan,” ujar Jibril, owner Warung Lalapan Pak Dhe Wan, pada Rabu (09/07/2025).
Nama itu bukan tanpa cerita. Usaha ini dirintis oleh sekelompok pegiat sosial yang sebelumnya aktif sebagai konsultan politik. Setelah kegiatan sosial dan agenda politik selesai, mereka memutuskan untuk membuka usaha kuliner dan barber shop.
“Kami memang sebelum membuka Lalapan Pak Dhe Wan ini, bergerak di bidang sosial. Kawan-kawan itu ada yang dari Semarang, Jakarta, Surabaya. Selain bergerak di kegiatan sosial, mereka punya kemampuan ada yang barber, ada yang masak, ada yang travel. Setelah selesai, akhirnya kita wujudkan kegiatan lain. Salah satunya warung makan ini dan barber shop,” jelas Jibril.
Warung ini resmi dibuka jelang bulan Ramadan 2025, tepat dua hari sebelum puasa. Saat momen halal bihalal pasca-Lebaran, Menteri UMKM bahkan diketahui sempat datang langsung dan memberi dukungan untuk pengembangan usaha.

“Banyak orang datang tanya, ‘Pak Dewannya yang mana? Kemarin partai apa?’ Jadi untuk mem-branding, kita ambil nama yang mudah diingat. Tapi sebenarnya itu nama pengulek sambal, bukan anggota dewan,” kata Jibril tertawa.
Sambal racikan Pak Wawan inilah yang jadi kunci. Tidak seperti kebanyakan warung yang menawarkan banyak pilihan sambal, Pak Dhe Wan hanya punya satu. Tapi satu sambal itu cukup untuk bikin pelanggan kembali berulang kali.
“Kita hanya satu sambal saja. Tapi ya, racikannya ada. Rahasianya dari Pak Dhe Wan itu sendiri,” ungkapnya.
Sambal tersebut punya cita rasa manis pedas yang sudah diracik berdasarkan permintaan pelanggan. Tidak terlalu pedas, tidak juga terlalu manis, yang diyakini cocok di lidah.
“Kita lebih ke pedas manis. Kalau pedas banget, enggak semua suka. Kita udah pernah coba yang pedas banget, tapi ternyata manis pedas lebih disukai,” tambahnya.
Dalam sehari, warung ini bisa menghabiskan 100–150 porsi, terutama di malam hari. Menu andalan paling banyak dipesan adalah ayam goreng, disusul lele, nila, bebek, dan burung puyuh.
“Paling banyak diminati ayam. Satu hari kita bisa 100 sampai 150 porsi minimal. Sekarang juga sudah ada GoFood, jadi siang ada yang pesan juga,” ujarnya.
Meski baru membuka dua cabang, mereka sudah menyiapkan sistem agar cita rasa dan kualitas tetap terjaga di setiap titik.
“Kami buat rumah sambal juga, khusus untuk produksi sambal sendiri. Jadi setiap Pak Dhe Wan di mana pun, sambalnya tetap sama,” ujarnya.
Ke depan, warung ini juga berencana menambah varian sambal. Uji coba sudah dilakukan dengan beberapa pelanggan untuk sambal hijau dan jenis lainnya.
“Insya Allah dalam waktu dekat. Sudah kami trial juga ke beberapa teman,” kata Jibril.
Meski demikian, fokus utama tetap menjaga kualitas. Ia mengaku banyak belajar dari usaha kuliner yang gagal karena terlalu banyak menu tapi tidak konsisten.
Penulis: Maria
IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Join channel telegram websitekami.com agar tidak ketinggalan berita loker terbaru lainnya
Join now




