Bupati Bengkayang Buka Gawai Naik Dango ke-29 di Samalantan
Bengkayang (Suara Kalbar) – Ribuan masyarakat menyaksikan pembukaan even budaya Naik Dango Dua Benua Gajeng dan Sawak di Kecamatan Samalantan, Kabupaten Bengkayang, pada 14 Mei 2025. Even budaya Gawai Naik Dango ini dibuka langsung oleh Bupati Bengkayang, Sebastianus Darwis, dan dimeriahkan oleh Tariu Borneo Bangkule Rajang TBBR.
Busana ciri khas warna merah etnis Dayak yang dikenakan oleh para anggota TBBR menyambut kedatangan Bupati Bengkayang dan para tamu undangan, termasuk pimpinan besar TBBR, Pangalangok Jilah. Naik Dango di Samalantan ini merupakan bentuk ucapan syukur atas keberhasilan panen padi dan sebagai pelestarian adat istiadat yang menjadi harta kekayaan warisan budaya di dua benua, yaitu Benua Gajeng dan Sawa.
Dalam sambutannya, Bupati Bengkayang, Sebastianus Darwis, menyampaikan bahwa Kabupaten Bengkayang salah satu daerah yang paling banyak menyelenggarakan even budaya Naik Dango, hampir di setiap kecamatan dari 17 kecamatan. Menurut Darwis, Pemkab Bengkayang terus berkomitmen mendukung setiap even budaya di Bengkayang sebagai bentuk pelestarian.
Ia berharap adat istiadat dan nilai sosial budaya masyarakat dapat menjadi modal yang bermanfaat dalam rangka mengokohkan jati diri individu dan masyarakat demi kelancaran penyelenggaraan pemerintahan serta pembangunan daerah.
Pemerintah daerah membantu anggaran dana Naik Dango ke-29 di Samalantan sebesar Rp 100 juta. Dengan demikian, Pemkab Bengkayang menunjukkan komitmennya dalam mendukung even budaya dan melestarikan adat istiadat masyarakat.
Sementara itu, Pangalangok Jilah pada kesempatan tersebut memberikan petuah serta menuturkan sejarah dan makna dari Naik Dango.
“Kita harus melestarikan budaya dan tradisi Nenek Moyang kita, dan kita dikenal dengan manusia yang paling beradat” ucap Jilah.
“Terkadang kita lupa dengan hal terkecil, dan Masyarakat Dayak paling takut serta malu kalau di katakan tidak beradat” ucapnya
“Selain itu, berbuatlah dari hal terkecil supaya bisa berbuat hal besar, sebab bagaimana kita berbuat hal besar sementara hak terkecil saja kita tidak mampu berbuat seperti berawal dari rumah tangga kita melestarikan adat dan budaya yang dimiliki orang Dayak”
Pangalangok Jilah pun menceritakan asal muasal tradisi Dayak, hingga asal muasal bangsa Dayak dan terjadinya naik dango yang bisa tetap dilaksanakan.
Penulis: Kurnadi
IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Join channel telegram websitekami.com agar tidak ketinggalan berita loker terbaru lainnya
Join now