Ketua MUI Kalbar Ingatkan Jangan Berlebihan Konsumtif di Bulan Ramadhan
Pontianak (Suara Kalbar) – Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kalimantan Barat KH Basri Har mengingatkan masyarakat agar tidak terjebak dalam pola konsumtif yang berlebihan selama bulan Ramadhan.
Hal ini menyoroti fenomena di mana pusat perbelanjaan justru semakin ramai menjelang lebaran, sementara semangat ibadah di masjid dan surau berkurang.
“Sekarang fenomena masih terjadi, masyarakat suka beramal di Ramadhan, tarawih di awal-awal. Tapi sekarang mulai berkurang, dikalahkan dengan pusat-pusat perbelanjaan. Jadi yang ramai di pusat perbelanjaan, sementara masjid-masjid dan surau-surau berkurang,” ujar KH Basri Har di Sekretariat MUI pada Senin (17/3/2025) siang.
Menurutnya, Ramadhan seharusnya menjadi momentum untuk meningkatkan ibadah, terutama di sepuluh hari terakhir yang dinilai penuh kemuliaan. Namun, banyak masyarakat yang justru lebih fokus pada persiapan lebaran ketimbang memperbanyak amalan.
Basri mengutip sabda Rasulullah SAW, kalau umatku memahami apa semuanya yang dikandung hikmah Ramadhan itu, dia mau inginkan supaya satu tahunnya Ramadhan semua.
Selain soal menurunnya semangat ibadah, KH Basri Har juga menyoroti perilaku konsumtif masyarakat saat berbuka puasa. Ia menilai banyak masyarakat yang keliru memaknai puasa, dengan menganggap waktu berbuka sebagai momen untuk memenuhi segala keinginan makan dan minum.
“Sepertinya ini kurang memahami makna dari puasa itu. Sehingga justru kebutuhan itu memang pada siangnya dia tidak makan, tidak minum, tapi seolah kebutuhan itu sesuatu yang harus disiapkan, seperti untuk berbuka puasa. Segala macam minuman, segala macam makanan yang diinginkan ketika dia sedang berpuasa itu disiapkan,” katanya.
Padahal, Rasulullah SAW mengajarkan kesederhanaan dalam berbuka. Sunnahnya adalah cukup dengan air putih atau air hangat serta tiga butir kurma sebelum melaksanakan salat Maghrib. Setelah itu, makan malam secukupnya tanpa berlebihan.
“Kami ini golongan orang-orang yang tidak makan kecuali kalau sudah lapar, dan jika makan tidak sampai kekenyangan,” kata KH Basri kembali mengutip sabda Rasulullah SAW.
Ia juga mengingatkan bahwa perut harus dibagi menjadi tiga bagian: sepertiga untuk makan, sepertiga untuk minum, dan sepertiga untuk pernapasan. Pola ini, menurutnya, akan menjaga kesehatan serta menjadikan puasa sebagai bentuk pengendalian diri.
MUI Kalbar pun terus mengimbau masyarakat agar memahami esensi Ramadhan dengan benar. Para pendakwah telah berperan dalam menyampaikan pesan ini melalui ceramah-ceramah di berbagai kesempatan.
“Jangan puasa hanya sekadar balas dendam. Siangnya tidak makan, tapi malamnya makan segalanya, sampai perut penuh, akhirnya malas beribadah,” tegas KH Basri Har.
Ia berharap, masyarakat tidak hanya memanfaatkan awal Ramadan untuk beribadah, tetapi tetap istiqamah hingga akhir bulan suci ini tanpa terjebak dalam euforia konsumtif yang berlebihan.
Penulis: Maria
IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Join channel telegram websitekami.com agar tidak ketinggalan berita loker terbaru lainnya
Join now