SUARAKALBAR.CO.ID
Beranda Bisnis Sistem Budidaya Salak Bali Diakui sebagai Warisan Pertanian Dunia oleh FAO

Sistem Budidaya Salak Bali Diakui sebagai Warisan Pertanian Dunia oleh FAO

Petani memanen buah salak di salah satu lahan di sentra perkebunan salak Turi, Kabupaten Sleman, DI Yogyakarta, Rabu (26/4). Menurut data Badan Karantina Pertanian Kementan, ekspor buah salak Indonesia dengan tujuan 29 negara mengalami peningkatan sekitar 4,24 persen dari 758,656 ton menjadi 790,888 ton karena dipicu peningkatan kepercayaan pasar atas mutu dan kualitas buah asli Indonesia tersebut memenuhi standar jaminan kesehatan serta keamanan pangan negara-negara pengimpor. ANTARA

Jakarta (Suara Kalbar)- Kementerian Pertanian mengumumkan bahwa Food and Agriculture Organization (FAO) telah menetapkan sistem budidaya salak bali atau agroforestri sebagai warisan pertanian dunia.

Penetapan ini dilakukan oleh Globally Important Agricultural Heritage System (GIAHS) dalam sebuah pertemuan yang berlangsung pada 19 September 2024.

Kepala Biro Humas dan Informasi Publik Kementerian Pertanian, Moch Arief Cahyono, menjelaskan bahwa salak bali memiliki peran penting dalam pertanian global. Sistem tanamnya mencerminkan keberagaman hayati serta praktik pertanian yang berkelanjutan.

“Ketetapan ini dilakukan oleh kelompok penasihat ilmiah Globally Importan Agricultural Heritage System (GIAHS) saat menggelar pertemuan merek pada Kamis, 19 September 2024,” katanya melansir dari ANTARA, Selasa(24/9/2024).

Dia menyampaikan, pihaknya menerima keterangan dari FAO yang menjelaskan bahwa salak bali memiliki arti penting bagi pertanian global, di mana sistem tanamnya menunjukkan penghidupan dan keanekaragaman hayati serta praktik pengetahuan yang berkelanjutan.

Selain itu, lanskap pertanaman salak bali juga dinilai menakjubkan serta memiliki nilai-nilai kebudayaan dan praktik-praktik ketahanan pangan. Sistem tersebut memiliki arti yang penting pada kelestarian dan mata pencaharian.

Setiap bagian dari pohon salak bali kerap dimanfaatkan masyarakat untuk berbagai keperluan sehingga menjadikan tanaman tersebut sebagai tanaman tanpa limbah.

Hal itu menunjukkan efisiensi sumber daya yang sangat tinggi dan menjadi salah satu alasan mengapa sistem ini dinilai sangat berkelanjutan oleh FAO​.

“Masyarakat Bali juga mengintegrasikan sistem agroforesti dengan tanaman mangga, pisang dan tanaman obat sehingga mampu memperluas diversifikasi tanaman​,” ujarnya.

FAO menilai agroforestri di Bali mampu mengintegrasikan budidaya buah salak yang dikenal juga sebagai snake fruit karena kulitnya yang menyerupai kulit ular dengan beragam tanaman.

Sistem ini dikembangkan masyarakat adat bali dengan menggunakan sistem subak tradisional dalam pengelolaan air.

Hebatnya, sistem ini mampu menunjukkan keamanan pangan serta menjaga nilai-nilai sosial dan warisan budaya lokal dan bahkan mampu memiliki tingkat keberlanjutan yang sangat baik untuk generasi mendatang.

Arief mengatakan bahwa sektor pertanian adalah sektor yang paling strategis karena berkaitan dengan berbagai aspek. Termasuk berkaitan dengan sejarah dan sistem budidaya yang dilakukan sejak lama.

“Pertanian kita memiliki ragam komoditas yang kalau kita kembangkan mampu memiliki aspek lain seperti peningkatan ekonomi, daya saing dan yang pasti warisan sejarah yang terus dijaga,” katanya.

FAO juga, tambah Arief, menetapkan sistem budidaya kolam ikan karper di Australia dan sistem agroforestri kakao di Sao Tome dan Principe. Dengan tambahan terbaru ini, maka daftar sistem pertanian global kini terdiri 89 sistem di 28 negara di seluruh Indonesia.

IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Join channel telegram websitekami.com agar tidak ketinggalan berita loker terbaru lainnya

Join now
Komentar
Bagikan:

Iklan