Kisah Emak-emak Penyortir Udang di Mempawah, Upah Kerja Tak Berbentuk Uang
Mempawah (Suara Kalbar) – Udang laut yang selama ini kita beli di Pasar Kuala maupun Pasar Mempawah, mungkin saja merupakan bagian dari hasil kerja puluhan emak-emak di Kelurahan Pasir Wan Salim.
Nyaris empat hari dalam seminggu, emak-emak ini meraih rezeki dengan bekerja sambilan menjadi penyortir udang.
Tepatnya, di dermaga kecil Pasar Beringin, Kelurahan Pasir Wan Salim, Kecamatan Mempawah Timur, Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat.
Misalnya pada Senin (22/1/2024). Sejak siang, puluhan emak-emak sudah terlihat berkumpul di sekitar dermaga, termasuk di warung-warung setempat.
Mereka menunggu kedatangan 2-3 motor air nelayan yang menangkap udang dengan sarana togok di perairan Mempawah.
“Para nelayan togok berangkat melaut sekitar pukul 02.00 WIB dinihari, nanti pulangnya sekitar jam 12.00 siang. Jadi kami sekarang lagi menunggu kedatangan motor air itu,” ujar Bibik, salah seorang pemilik warung pecal, yang juga sambilan bekerja sebagai penyortir udang.
Bibik ternyata tak sendirian. Tak tanggung-tanggung, di sekelilingnya lebih dari 60 emak-emak juga punya niat yang sama, yakni menjadi penyortir udang.
Saat menunggu sandarnya motor air nelayan togok, mereka ngobrol dan sesekali bersenda gurau.
Namun sikap serius seketika muncul ketika dua motor air nelayan tiba di dermaga. Mereka semua bergegas dan berlomba-lomba untuk bekerja.
Udang togok yang masih bercampur dengan berbagai hasil laut, dibongkar dari motor air, dan dihamparkan ke lantai dermaga.
Setelah itu, secara berkelompok, emak-emak ini mulai melakukan penyortiran. Istilah diantara mereka adalah ‘memilih udang’.
“Utamanya, yang kami pilih adalah udang putih. Jadi udang putih dimasukkan ke dalam keranjang yang disediakan pemilik motor air, sementara ikan kecil, udang merah, dan lainnya langsung kami sisihkan,” katanya.
Durasi kerja para penyortir udang ini tidak menentu. Tergantung hasil tangkapan laut dan jumlah penyortir.
Jika hasil laut melimpah dan jumlah pemilih yang datang cukup banyak, maka masa kerja mereka bisa 2 jam.
“Seperti saat ini, ada dua motor air yang datang, dan jumlah kami ada 60 orang, jadi penyortiran udang bisa selesai tak sampai 2 jam,” ungkapnya.
Yang menariknya, usai bekerja itu, emak-emak penyortir udang ini tidak memperoleh upah berbentuk uang tunai. Melainkan, bagi hasil dari sisa pernyortiran.
“Jadi nanti pemilik motor air akan mengumpulkan sisa hasil laut yang telah dipilih. Misalnya,udang merah, ikan kecil dan lainnya. Hasil ini kemudian dibagi rata untuk 60 orang yang tadi bekerja,” jelas Bibik lagi.
Upah hasil kerja itu dimasukkan ke dalam kantong kresek, dan boleh dibawa pulang.
Bahkan tak jarang, pemilik motor air bermurah hati karena hasil laut yang melimpah, memberikan bonus kepada mereka dengan cara membagikan lagi sedikit udang putih hasil sortiran kepada emak-emak tersebut.
“Hasil kerja kami ini bisa dijadikan lauk di rumah, tapi tak jarang kami jual jika ada pengepul udang yang siap menampung. Lumayan lah untuk menambah pendapatan keluarga atau untuk jajan anak sekolah,” ujarnya.
IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Join channel telegram websitekami.com agar tidak ketinggalan berita loker terbaru lainnya
Join now