Tradisi ‘Pherkat’ pada Perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW di Sungai Ambawang Kubu Raya
Kubu Raya (Suara Kalbar)- Perayaan maulid nabi Muhammad SAW merupakan momentum yang ditunggu-tunggu oleh seluruh umat islam. 12 Rabiul Awal sebagai hari dimeriahkannya maulid oleh seluruh umat islam, hal tersebut sebagai bentuk penghormatan kelahiran Nabi dan cinta kasih umat terhadap Nabi SAW.
Peringatan maulid selalu dilaksanakan setiap tahunnya dan sudah menjadi budaya umat islam untuk selalu dirayakan. Biasanya, secara umum maulid dirayakan dengan beberapa kegiatan, mulai dari pengajian bersama dilanjut dengan sholawat dan makan-makan bersama, tidak menutup kemungkinan pastinya ada yang berbeda dari cara-cara yang dilakukan dalam masyarakat.
Salah satunya seperti yang ada di Parit Batu Ampar Desa Pasak Sungai Ambawang, kabupaten Kubu Raya mereka merayakan maulid dari tiap rumah bergantian.
Tokoh agama setempat, Muhammad Rasyid menuturkan bahwa maulid adalah sebagai kecintaan umat pada Rasulnya, dan bagi mereka melakukannya adalah kesenangan, bahkan setiap harinya orang merayakan ditiap rumah bergantian.
“Maulid adalah Bentuk kecintaan, mahabbah kepada sang Rasul saw. Orang-orang madura khususnya di kampung kami itu senang merayakan maulid nabi, bahkan setiap rumah setiap hari ada tiga orang yang merayakan tiap harinya itu,”katanya, Selasa (26/9/2023).
Rasyid menjelaskan bahwasannya adat kebiasaan orang-orang madura dalam maulid selain makan-makan ditempat juga memberkan bingkisan yang disebut “Pherkat”.

Sekertaris RT, Mudassir membenarkan hal tersebut, ia menambahkan bahwasannya pherkat adalah bingkisan kecil yang diberikan untuk tamu undangan dan yang paling dikhususkan untuk anak-anak.
“Pherkat itu ialah semacam bingkisan kecil dari pihak yang merayakan kelahiran Nabi Muhammad Saw. Yang di khususkan untuk para tamu undangan, yang paling khusus untuk anak kecil yang di bawah umur 12 tahun,”ujarnya.
Mudassir menjelaskan bahwa makna daripada pherkat sendiri adalah untuk dibawakan kepada keluarga yang dirumah, karena yang pergi undangan hanya laki-laki, juga untuk menjaga kebiasaan orang terdahulu.
“Makna yang terkandung dalam pherkat adalah, hanya tidak ingin melupakan tradisi-tradisi orang tua terdahulu, seperti kakek, nenek, dan lainnya. Mengenai Arti yg sesungguhnya hannya bisa meraba-rabanya saja, kalau kata orang terdahulu, karena undangan maulid itu hanya laki-laki tidak ada yang perempuan,” jelas pria yang biasa disapa Muda tersebut.
Menurut Rasyid budaya ini akan selalu terus dijaga, karena selain menjaga budaya orang-orang terdahulu, pherkat menjadi sedekah tambahan, dan melakukannya akan berefek baik pada individu tersebut.
“Itu tetap, karena budaya semacam ini, pertama adalah bahwasannya kita berbagi dengan tetangga, keluarga sahabat, teman, yang kedua dengan adanya pherkat itu menjadi nilai tambah Shodaqoh, sedangkan kata baginda Rosul Sedekah itu bisa menolak bala’,” tutupnya.
IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Join channel telegram websitekami.com agar tidak ketinggalan berita loker terbaru lainnya
Join now





