SUARAKALBAR.CO.ID
Beranda Lifestyle Doa Sore yang Dianjurkan Rasulullah SAW dalam Keseharian Umat Islam

Doa Sore yang Dianjurkan Rasulullah SAW dalam Keseharian Umat Islam

Ilustrasi Panorama sore hari.[Pexels]

Suara Kalbar – Islam sebagai agama yang mengajarkan banyak nilai dan panduan bagi para penganutnya, termasuk dalam mengisi kegiatan sehari-hari. Salah satu aspek penting yang diajarkan oleh Islam adalah cara menjadikan setiap aktivitas sebagai bentuk ibadah kepada Allah SWT. Dalam upaya mendekatkan diri kepada Sang Pencipta, umat Muslim diajak untuk mengambil teladan dari tindakan Nabi Muhammad SAW, termasuk di dalamnya adalah doa yang dibaca saat sore.

Doa sore dalam agama Islam memiliki makna yang sangat mendalam bagi kehidupan seorang Muslim. Bukan hanya sekadar rangkaian kata-kata, tetapi memiliki tujuan yang mulia untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT serta memberikan makna yang lebih dalam dalam keseharian mereka. Dalam perspektif agama Islam, perputaran bumi mengelilingi matahari bukanlah semata rutinitas harian, melainkan kesempatan untuk lebih mendekatkan diri kepada Sang Pencipta.

Mengutip dari laman Nu.or.id, Senin (24/7/2023), Rasulullah SAW mengajarkan lafal doa yang baik dibaca pada sore hari. Abu Hurairah RA meriwayatkan doa Rasulullah SAW yang dibaca ketika sore hari sebagaimana dikutip oleh Imam an-Nawawi dalam Al-Adzkar, [Damaskus: Darul Mallah, 1971 M/1391 H], halaman 63 sebagai berikut:. اَللَّهُمَّ بِكَ أَمْسَيْنَا، وَبِكَ نَحْيَا، وَبِكَ نَمُوْتُ، وَإِلَيْكَ النُّشُوْرُ

Allāhumma bika amsainā, wa bika nahyā, wa bika namūtu, wa ilaikan nusyūr. 

Artinya: Ya Allah, dengan-Mu aku bersore hari, dengan-Mu kami hidup, dengan-Mu kami mati. Hanya kepada-Mu (kami) kembali. (HR Abu Dawud, At-Turmudzi, Ibnu Majah, dan lainnya).

Imam At-Tirmidzi meriwayatkan doa sore Rasulullah SAW dari Tsauban RA sebagai berikut:

رَضِيْتُ بِاللهِ رَبًّا، وِبِالإِسْلَامِ دِيْنًا، وَبِمُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَبِيًّا وَرَسُوْلًا

Radhītu billāhi rabbā, wa bil islāmi dīnā, wa bi Muhammadin shallallāhu ‘alaihi wa sallama nabiyyan wa rasūlā. 

Artinya: Aku rela Allah sebagai tuhan, Islam sebagai agama, dan Nabi Muhammad SAW sebagai nabi dan rasul. (HR Abu Dawud, At-Tirmidzi, An-Nasai, dan Al-Hakim).

Selain doa singkat itu, Imam an-Nawawi juga mengutip doa pagi Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh sahabat Ibnu Mas‘ud dalam Sahih Muslim berikut ini:

أَمْسَيْنَا وَأَمْسَى المُلْكُ للهِ، وَالحَمْدُ للهِ، لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ لَهُ المُلْكُ وَلَهُ الحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ، رَبِّ أَسْأَلُكَ خَيْرَ مَا فِي هَذِهِ اللَّيْلَةِ وَخَيْرَ مَا بَعْدَهَا وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا فِي هَذِهِ اللَيْلَةِ وَشَرِّ مَا بَعْدَهَا، رَبِّ أَعُوذُ بِكَ مِنَ الكَسْلِ وَسُوْءِ الكِبَرِ، أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابٍ فِي النَّارِ وَعَذَابٍ فِي القَبْرِ

Amsainā wa amsal mulku lillāhi wal hamdu lillāhi, lā ilāha illallāhu wahdahū lā syarīka lah, lahul mulku wa lahul hamdu wa huwa ‘alā kulli syai‘in qadīr. Rabbi, as’aluka khaira mā fī hādzihil lailata wa khaira mā ba‘dahā, wa a‘ūdzu bika min syarri mā fī hādzihil lailata wa khaira mā ba‘dahā. Rabbi, a‘ūdzu bika minal kasli wa sū’il kibari. A‘ūdzu bika min ‘adzābin fin nāri wa ‘adzābin dil qabri. 

Artinya: Kami dan kuasa Allah bersore hari. Segala puji bagi Allah. Tiada tuhan selain Allah Yang Maha Esa, tiada sekutu bagi-Nya. Bagi-Nya segala kuasa dan puji. Dia kuasa atas segala sesuatu. Tuhanku, aku memohon kepada-Mu kebaikan malam ini dan malam sesudahnya. Aku memohon perlindungan-Mu kejahatan malam ini dan malam sesudahnya. Tuhanku, aku memohon perlindungan-Mu dari kemalasan dan kedaifan masa tua. Aku memohon perlindungan-Mu dari siksa neraka dan siksa kubur. 

وروينا في كتاب الترمذي، عن ثوبان رضي الله عنه قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم من قال حين يمسي رضيت بالله ربا، وبالإسلام دينا، وبمحمد صلى الله عليه وسلم نبيا، كان حقا على الله تعالى أن يرضيه

Artinya: Diriwayatkan kepada kami di kitab At-Turmudzi dari Tauban RA, ia berkata, Rasulullah SAW bersabda: Siapa saja yang membaca di sore hari: Radhītu billāhi rabbā, wa bil islāmi dīnā, wa bi Muhammadin shallallāhu ‘alaihi wa sallama nabiyyan, niscaya Allah meridhainya. (Lihat: Imam an-Nawawi, Al-Adzkar, [Damaskus: Darul Mallah, 1971 M/1391 H], halaman 65).

Imam an-Nawawi menganjurkan alangkah baiknya menggabung lafal “nabiyyan” dan “rasulan” karena untuk mendapatkan keutamaannya. Tetapi kalau seseorang membatasi pada lafal “nabiyyan” saja, maka ia telah mengamalkan sunnah. Wallahu a‘lam.

IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Join channel telegram websitekami.com agar tidak ketinggalan berita loker terbaru lainnya

Join now
Komentar
Bagikan:

Iklan