SUARAKALBAR.CO.ID
Beranda Daerah Landak Jejak Raden Abdul Kahar, Pusat Kerajaan Landak Pindah ke Hulu Sungai ‘Mungguk Ayu’

Jejak Raden Abdul Kahar, Pusat Kerajaan Landak Pindah ke Hulu Sungai ‘Mungguk Ayu’

Keraton Ismahayana Landak saat kebanjiran pada Januari 2021. SUARA KALBAR.CO.ID/Dokumen Suaralandak.co.id

Catatan: Jasmin Haris, Ketua Pergunu Kalbar

PADA era pemerintahan Pangeran Ismahayana (1472—1542), pusat kerajaan dipindahkan ke kawasan hulu Sungai Landak, yang kemudian dikenal dengan nama Mungguk Ayu. Pada masa inilah pengaruh Islam mulai masuk. Islam dibawa oleh orang-orang Bugis dan Banjar yang kala itu memiliki hubungan erat dengan Kerajaan Landak.

Pangeran Ismahayana kemudian memeluk Islam dan berganti nama menjadi Sultan Abdul Kahar. Sultan Abdul Kahar memiliki dua orang putra dari perkawinannya dengan Nyi Limbai Sari yang bergelar Ratu Ayu (putri Patih Wira Denta), yaitu Raden Tjili Tedung dan Raden Tjili Pahang.

Setelah Pangeran Ismahayana wafat, ia digantikan oleh putranya, yaitu Pangeran (Raden) Kusuma Agung Muda (Raden Tjili Tedung), yang menjadi Sultan Landak ke IX. Pada masa pemerintahannya, pusat kekuasaan dipindahkan dari daerah Mungguk Ayu menuju Bandong (sebagian menyebutnya Bandung) pada tahun 1703, sebuah wilayah yang letaknya tidak jauh dari Mungguk Ayu.

Alasan pemindahan pusat pemerintahan ke Bandong ini belum diketahui hingga saat ini. Namun, Kerajaan Landak di Bandong hanya bertahan hingga dua periode pemerintahan (1703—1768) di mana tampuk kekuasaan hanya sempat dipegang oleh Raden Kusuma Agung Muda (1703—1709) dan putranya, Raden Nata Tua Pangeran Sanca Nata Kusuma Tua (1714—1764). Sepeninggalan Raden Nata Tua, jalannya pemerintahan untuk sementara dikendalikan oleh wakil raja, yakni Raden Anom Jaya Kusuma (1764—1768), sembari menunggu sang putera mahkota tumbuh dewasa. [bersambung]

Join channel telegram websitekami.com agar tidak ketinggalan berita loker terbaru lainnya

Join now
Komentar
Bagikan:

Iklan