SUARAKALBAR.CO.ID
Beranda Nasional Indonesia, Urutan Ketiga Kasus Kusta Terbanyak di Dunia

Indonesia, Urutan Ketiga Kasus Kusta Terbanyak di Dunia

Seorang penderita kusta mengenakan “Rakhi” (benang suci) saat berlangsungnya festival Raksha Bandhan di Kushat Aashram, rumah bagi orang yang terkena kusta, di kota Chandigarh, India utara, 5 Agustus 2009. (REUTERS/Ajay Verma)

Indonesia masih menjadi negara ketiga dengan kasus kusta terbanyak di dunia. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengatakan tantangan terbesar dalam mengeleminasi kasus kusta di tanah air adalah stigma buruk yang masih melekat pada masyarakat. Penyakit yang termasuk dalam kategori penyakit tropis terabaikan atau neglected tropical disaeses (NTD) masih sering dianggap sebagai sebuah kutukan.

Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan Maxi Rein Rondonuwu mengungkapkan selama kurang lebih dua dekade, Indonesia merupakan negara penyumpang kasus kusta terbanyak nomor tiga di dunia setelah India dan Brazil.

“Secara nasional, (tingkat) prevalensi (kusta) kita sudah di bawah satu per 10 ribu atau saat ini 0,56. Jadi setiap 10 ribu orang, ya sudah enggak satu lagi, sebenarnya sukses. Tapi memang ini belum merata, untuk di provinsi di kabupaten/kota. Data kita masih 200-an kabupaten/kota yang masih prevalensinya masih di atas satu,” ungkap Maxi dalam acara peringatan World Neglected Tropical Diseases (NTD) Day, di Jakarta, Senin (30/1).

Maxi menjelaskan, pada saat pandemi COVID-19, case detection rate (CDR) atau penemuan kasus kusta menjadi stagnan dengan kecenderungan yang meningkat, dimana dari 100 orang, hanya bisa menemukan tiha hingga empat orang penderita kusta dari target yang seharusnya lima orang.

Menurutnya, hal ini juga disebabkan oleh berbagai faktor lainnya seperti kurangnya sumber daya manusia (SDM) berupa tenaga kesehatan yang terlatih di berbagai puskesmas di seluruh pelosok tanah air.

“Sementara melatih tenaga-tenaga untuk penyakit NTD tidak gampang. Boleh dibilang orang (nakes) yang tertarik untuk mengurusi kusta di puskesmas jarang. SDM saya kira penting, dan pelatihannya juga tidak mudah dan mengenali kusta tidak mudah,” tuturnya.

Mantan penderita kusta, Harto, duduk di kursi roda di depan rumahnya di kampung kusta di Tangerang, karena kakinya tidak kuat mengenakan kaki palsu, 18 Januari 2023, (BAY ISMOYO / AFP)
Mantan penderita kusta, Harto, duduk di kursi roda di depan rumahnya di kampung kusta di Tangerang, karena kakinya tidak kuat mengenakan kaki palsu, 18 Januari 2023, (BAY ISMOYO / AFP)

Selain itu, menurutnya tantangan lain dalam mengeliminasi kusta di Indonesia ini adalah stigma negatif masyarakat pada penderita kusta, yang menyebabkan penderita enggan untuk berobat sehingga timbul kecatatan yang sebenarnya sangat bisa dicegah.

“Jadi kusta itu stigmanya lebih besar, kalau orang melihat ada cacat, stigmanya masih sulit dihilangkan. Penemuan atau deteksi dini penyakit kusta itu sangat penting dan sudah dapat diobati dengan tuntas sehingga tidak ada timbul kecatatan,” paparnya.

IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Join channel telegram websitekami.com agar tidak ketinggalan berita loker terbaru lainnya

Join now
Komentar
Bagikan:

Iklan