Dunia  

Palestina-Israel Alami Defisit Kepercayaan, RI Khawatirkan ISIS dan Al Qaeda Susupi Palestina

Demonstran Palestina di tengah protes menentang permukiman Israel di Beita di Tepi Barat yang diduduki Israel, 22 Juni 2021. (Foto: REUTERS/Mohamad Torokman)

Indonesia mengatakan meningkatnya gelombang bentrokan antara Palestina dan Israel di Tepi Barat pada akhir-akhir ini menunjukkan telah terjadi defisit kepercayaan antara kedua pihak, terutama di kalangan masyarakat. Jika hal tersebut terus terjadi, dikhawatirkan kelompok Islam militan, seperti ISIS dan Al Qaeda, dapat menyusup wilayah tersebut.

“Ini menunjukkan bahwa proses perdamaian yang selalu berjalan tidak berjalan maksimal. Yang ada bukan win-win solution, tapi Palestina lebih banyak dirugikan,” Direktur Timur Tengah Kementerian Luar Negeri Bagus Hendraning Kobarsyih kepada VOA, Sabtu (28/1).

Hal tersebut, katanya, seharusnya menjadi perhatian masyarakat internasional. Mereka diharapkan akan memberikan tekanan yang lebih keras kepada Israel agar mematuhi ketentuan yang berlaku dan menghindari kekerasan.

Tentara IDF menembakkan gas air mata ke arah demonstran Palestina selama protes anti-Israel atas ketegangan di Yerusalem, di pos pemeriksaan Qalandiya antara Ramallah dan Yerusalem, di Tepi Barat yang diduduki, pada 11 Mei 2021. (Foto: AFP)

Bagus mengatakan hal itu untuk menanggapi gelombang kekerasan di antara kedua pihak tersebut yang telah menewaskan 33 warga Palestina dan tujuh orang Israel sejak 1 Januari. Kasus kekerasan terbaru adalah penembakan yang dilakukan pemuda Palestina berusia 21 tahun asal Yerusalem, Khairi al-Qam.

Ia menembak mati tujuh warga Yahudi di luar sebuah sinagoga di permukiman Nabi Yaqub, Tepi Barat pada Jumat (27/1). Insiden tersebut terjadi sehari setelah pasukan Israel menyerbu Jenin dan membunuh sepuluh orang Palestina. Khoiri telah ditembak mati polisi Israel saat melarikan diri ke wilayah Palestina.

Menurut Bagus, dunia internasional dapat memberi tekanan yang lebih keras kepada Israel karena Tel Aviv sering kali merasa kebal hukum akibat tidak pernah mendapatkan sanksi internasional. Ia berpendapat, tekanan dunia internasional dapat dilakukan melalui banyak cara, misalnya memulai proses perundingan yang mengarahkan pada terwujudnya kemerdekaan Palestina, desakan untuk menghadirkan pasukan internasional di wilayah Palestina demi menjamin kelompok rentan, khususnya perempuan, anak-anak, dan orang lanjut usia, di wilayah itu.

Serangan Sinagoga di Yerusalem Tewaskan 7 Orang, Kekerasan di Tepi Barat Meningkat

Bagus menggarisbawahi bahwa Indonesia akan terus menyuarakan dukungan masyarakat internasional agar isu Palestina menjadi prioritas dunia untuk segera diselesaikan karena kecenderungannya terus memburuk.

IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Exit mobile version