China: NATO Seharusnya Tak Perluas Pengaruh ke Timur
Suara Kalbar – Seorang diplomat China mengatakan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (North Atlantic Treaty Organization/NATO) seharusnya berpegang pada apa yang dia klaim sebagai janji untuk tidak memperluas pengaruh ke timur.
Dalam pidatonya, Sabtu (19/3), Wakil Menteri Luar Negeri China Le Yucheng mengkritik sanksi Barat yang diterapkan terhadap Rusia setelah menginvasi Ukraina, dengan mengatakan akar penyebab perang di Ukraina “terletak pada mentalitas Perang Dingin dan politik kekuasaan.”
Menyebut poin pembicaraan dengan Kremlin, Utusan Khusus China itu mengatakan jika “perluasan NATO makin jauh, hal ini akan mendekati pinggiran Moskow” di mana sebuah rudal dapat menghantam Kremlin dalam waktu 7-8 menit.”
“Mendorong sebuah negara besar, terutama yang memiliki senjata nuklir, akan menimbulkan dampak yang terlalu mengerikan untuk dipikirkan,” tambahnya.
Ia mengatakan memahami posisi Presiden Rusia Vladimir Putin yang sering diulangnya, bahwa NATO seharusnya dibubarkan dan “diasingkan ke dalam sejarah bersama Pakta Warsawa.”
“Namun alih-alih bubar, NATO terus memperkuat dan memperluas (pengaruh), dan melakukan intervensi militer di negara-negara seperti Yugoslavia, Irak, Suriah dan Afghanistan,” katanya.
“Ada pihak yang mengantisipasi hal ini dengan menempuh jalur ini. Krisis di Ukraina ini adalah peringatan keras.”
Le Yucheng mengatakan Presiden China Xi Jinping, dalam pembicaraan dengan Presiden Joe Biden pada Jumat (18/3), mendesak pihak-pihak di Ukraina untuk menunjukkan “kemauan politik dan menjaga dialog serta negosiasi agar tetap berjalan. Amerika Serikat dan NATO juga harus berdialog dengan Rusia untuk mengatasi masalah utama krisis Ukraina ini, dan meredakan masalah keamanan di Rusia dan Ukraina.”