Awalnya Merawat Biawak Luka, Kini Ega Bergelut dengan Ular Piton
Mempawah (Suara Kalbar) – Ega Munarif, nama pemuda ini. Berwajah ganteng, tampilannya trendy, dan ramah kepada siapa saja.
Tapi jika melihat isi kotak atau boks plastik yang ia bawa, kita-kita yang tak kuat mental, tetap bergidik dan merinding bulu kuduk.
Ega Munarif, atau biasa disapa Ega, adalah Ketua Komunitas Animal Lovers Sungai Pinyuh, disingkat ALOPY.
Atau biar mudah, ia adalah pendiri kelompok anak-anak muda pencinta binatang yang kini eksistensinya semakin dikenal di Sungai Pinyuh, bahkan di Kabupaten Mempawah.
ALOPY terdiri atas 15 anak-anak muda yang sehari-hari bergelut dengan berbagai jenis binatang, termasuk reptil yang bisa buat kita merasa seram-seram.
“Meski sudah lama kami menjadi pecinta binatang, tapi ALOPY justru baru terbentuk pada 12 Desember 2021 agar kami punya komunitas untuk saling berbagi informasi dan pengalaman ketika mengurus binatang,” ujarnya, Sabtu (22/1/2022) sore.
Aksi ALOPY dengan berbagai jenis binatang reptil ini makin dikenal saat mereka tampil di “Ngamen Amal” Mempawah Peduli di Rumah Makan Kijing Jaya, Minggu (16/1/2022).
Ketika itu, Ega, rekan-rekannya di ALOPY, membawa satu boks plastik yang berisi berbagai jenis ular tak berbisa yang membuat pengunjung kepincut.
Banyak di antara warga, termasuk Isnaini, seorang pejabat Bidang Pariwisata Disdikporapar Mempawah yang kegelian ketika seorang ular piton dilingkarkan di tubuhnya.
Untuk menghindari hal-hal tak diinginkan, Ega dengan setia menemani dan mengawasi para warga yang memegang ular piton berukuran jumbo itu.
Kontan, aksi Ega dan ALOPY bersama binatang reptilnya menjadi viral, karena warga yang berfoto kemudian memostingnya di akun media sosial masing-masing.
Berawal dari Biawak
Kisah Ega menyukai binatang ini berawal dari sejak kecil. Namun saat itu ia hanya suka memelihara burung.
Pada suatu ketika, ia merawat seekor biawak seberat delapan kilogram yang terluka yang ditemukan dekat rumahnya.
Berhari-hari diurus hingga sembuh, saat dilepas di hutan, justru sang biawak tak mau pergi.
“Biawak itu malah balik lagi ke rumah saya. Sejak saat itu, biawak jadi “teman” saya sehari-hari,” katanya.
Begitu pula dengan ular-ular yang biasa ia tampilkan saat gathering di hadapan publik, umumnya ia pelihara dari anakan, atau saat ular berukuran kecil.
“Karena dipelihara sejak kecil, sedikit banyak berbagai binatang reptil itu kita ketahui sifat-sifatnya, serta ada hubungan emosional antara kami,” jelas Ega lagi.
Untuk merawat berbagai jenis binatang yang ia miliki, ternyata butuh perhatian ekstra dan biaya tak sedikit.
Ular Piton, misalnya. Menurut dia harus sering dijemur dan dimandikan supaya warna kulit Piton itu lebih bagus.
“Sedangkan pakannya, jika masih kecil Piton itu kita beri makan tikus putih yang saya beli secara khusus dari peternak tikus. Nah saat berusia satu setengah tahun, diberi kepala ayam. Dan saat besar, makannya ayam dengan cara disuapkan,” ungkap Ega.
Untuk ular piton yang telah berusia 6 tahun, tambahnya, jatah makan seminggu sekali dengan satu ekor ayam.
Hingga saat ini, Ega mengaku telah memelihara enam ekor ular, yang terdiri atas; Ratic Culatus Pyton Normal Jumbo tiga ekor, Ratic Culatus Pyton Normal Baby Up dua ekor, Ratic Culatus Golden Child Tiger Baby satu ekor.
Kemudian, Ular Tambang/Ular Lidi Gunung satu ekor dan Flying Snake/Ular Terbang satu ekor. Bisa dibayangkan berapa uang jajan Ega yang harus tersedot untuk memberi makan sang peliharaan.
Pun demikian, Ega menjelaskan, dirinya mendapatkan kepuasan tersendiri karena bisa memiliki pengetahuan dan pengalaman merawat, serta membesarkan berbagai jenis reptil.
“Selain itu, saya dan rekan-rekan di ALOPY juga bisa memberikan edukasi kepada masyarakat yang belum paham dengan ular. Semoga kehadiran kami bermanfaat untuk orang banyak,” imbuhnya.
Join channel telegram websitekami.com agar tidak ketinggalan berita loker terbaru lainnya
Join now