SUARAKALBAR.CO.ID
Beranda Daerah Mempawah Nelayan Juluk Sungkur di Desa Sungai Duri I Bangun Budidaya Kepiting dan Ekowisata Mangrove

Nelayan Juluk Sungkur di Desa Sungai Duri I Bangun Budidaya Kepiting dan Ekowisata Mangrove

BUDIDAYA KEPITING. Ketua dan anggota KUB Nelayan Juluk Sungkur Lestari dan pendamping dari PT PMLI sub PT Pelindo II yang tengah bergotong royong membangun Ekowisata Mangrove dan Kampung Budidaya Kepiting Bakau di Desa Sungai Duri I, Kecamatan Sungai Kunyit, Sabtu (2/10/2021). SUARAKALBAR.CO.ID/Distra

Mempawah (Suara Kalbar) – Dulu hutan mangrove di Desa Sungai Duri I, Kecamatan Sungai Kunyit, ini nyaris tak terawat.

Saat melongok ke deretan pohon bakau, sampah-sampah yang hanyut terbawa aliran air sungai menuju laut, mengapung dan sangkut di situ.

Tapi kini, pemandangan hutan bakau yang kotor dan dipenuhi sampah itu, mulai disentuh tangan-tangan terampil para nelayan Juluk Sungkur.

Ya, mereka kini telah membentuk organisasi lokal. Namanya, Kelompok Usaha Bersama (KUB) Nelayan Juluk Sungkur Lestari.

Sebagai salah satu pihak yang paling terdampak pembangunan Terminal Kijing, keberadaan nelayan Juluk Sungkur ini turut menjadi perhatian PT Pelindo II Persero.

Lewat konsultan nasional terkemuka, yakni PT Pendidikan Maritim dan Logistik Indonesia (PMLI), manajemen PT Pelindo II berupaya memberikan beragam pembekalan, pelatihan bahkan bantuan alat kepada mereka.

Tujuannya, saat Terminal Kijing nanti benar-benar beroperasi penuh, para nelayan Juluk Sungkur ini bisa secara mandiri menciptakan peluang usaha di darat, dan tak lagi bergantung penuh dari tangkapan ikan di laut.

Saat ini saja, KUB Nelayan Juluk Sungkur Lestari Desa Sungai Duri I yang beranggota 11 orang, tengah membangun kampung budidaya kepiting bakau dan ekowisata mangrove.

Lokasinya, tepat di belakang sebuah masjid yang indah, yakni Masjid Baiturrahman.

Saat SUARAKALBAR.CO.ID bertandang di sana, Ketua KUB Nelayan Juluk Sungkur Lestari, Juliansyah, tengah bergotong royong memasang jaring budidaya kepiting bakau dan membuat jalan-jembatan sebagai sarana ekowisata mangrove.

Di jalur pintu masuk, berderet rapi rumah kepiting (crab house) dari plastik sebagai sarana modern untuk budidaya kepiting.

Crab house plastik ini akan menjadi sarara utama pemeliharaan, pembesaran dan penggemukan kepiting yang bisa dipergunakan bertahun-tahun. Tentu saja, nilai ekonomisnya lebih tinggi daripada menggunakan cara konvensional yakni berbahan bambu.

Juliansyah menjelaskan, pembangunan ekowisata mangrove ini sebenarnya telah bertahun lalu menjadi program mereka.

Namun baru bisa terealisasi setelah adanya pendampingan PT PMLI sub PT. Pelindo II (Persero) kepada nelayan Juluk Sungkur di Desa Sungai Duri I.

“Alhamdulillah, sejak sebulan terakhir, pembangunan ekowisata mangrove mulai kami bangun, yang kami selaraskan dengan kampung budidaya kepiting bakau,” ujar Juliansyah.

Untuk memulai budidaya kepiting ini, dirinya dan anggota KUB Nelayan Juluk Sungkur Lestari telah mendapat pelatihan dari PT PMLI sub PT. Pelindo II.

“Kami para nelayan Juluk Sungkur di Desa Sungai Duri I mengucapkan terima kasih kepada PT Pelindo II dan Team Leader Pendamping PT PMLI yang telah memberikan kami pelatihan dan bantuan peralatan untuk budidaya kepiting bakau,” ujarnya.

Adanya pembekalan dan bantuan dalam program tranformasi nelayan, membuat mereka kini telah memiliki alternatif mata pencaharian baru selain melaut.

“Sebab selama ini pun, hasil kami melaut terus turun drastis. Adanya program pemberdayaan ini, kami merasa sangat beruntung,” ujarnya.

Ia berharap, ekowisata dan budidaya kepiting bakau ini dapat terus maju dan berkembang sehingga hadirnya Terminal Kijing membawa manfaat positif bagi nelayan.

 

Lahirkan Local Hero

Akmal Azis, Project Manager PT Pendidikan Maritim dan Logistik Indonesia, membenarkan pihaknya telah memberikan pendampingan kepada KUB Nelayan Juluk Sungkur Lestari di Desa Sungai Duri I.

Menurutnya, pendampingan diberikan sebagai upaya untuk mengorganisasi kelompok agar lebih solid, gotong royong dan selalu punya semangat untuk membangun budidaya kepiting bakau yang selaras dengan pemeliharaan ekosistem, yakni membangun ekowisata mangrove.

“Selain itu, pendampingan ini juga menjadi jembatan komunikasi antara tenaga ahli dengan kelompok nelayan itu sendiri,” katanya.

Dan tak kalah penting, pihaknya berusaha mewujudkan ide-ide dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) para nelayan Juluk Sungkur untuk membuka lapangan usaha baru, selain menangkap ikan di laut.

Menariknya, dalam pendampingan ini PT PMLI sub PT Pelindo (Persero) berupaya melahirkan pahlawan lokal (local hero) dalam program pemberdayaan yang bertajuk Transformasi Nelayan.

Salah satu bentuknya, adalah merekrut anak-anak desa setempat yang berkualitas pendidikan diploma III atau strata satu (S1) untuk terjun langsung membimbing para nelayan bersama tenaga ahli dari PT PMLI.

Dalam bekerja, para pendamping ini turut dibantu Penyuluh Perikanan Satminkal Tegal Kecamatan Sungai Kunyit, Mujito.

Untuk di Desa Sungai Duri I, pendamping lokal yang ditunjuk adalah Muhri, yang alumnus Program Studi Manajemen Sumber Daya Perairan Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura.

Muhri mengaku tidak kesulitan untuk berkomunikasi dengan para nelayanJuluk Sungkur dalam menyampaikan hal-hal yang berkaitan dengan pelaksanaan Program Transformasi Nelayan PT Pelindo II.

Terlebih dia adalah salah seorang putra daerah, sehingga lebih mudah untuk memberikan keyakinan kepada kelompok nelayan dalam mengembangkan budidaya kepiting yang selaras dengan ekowisata mangrove.

“Kami semua berharap Program Transformasi Nelayan PT Pelindo II ini akan meningkatkan taraf hidup nelayan di Desa Sungai Duri I. Untuk itu, kami bertekad untuk bekerja keras mewujudkannya,” pungkas Muhri.

Join channel telegram websitekami.com agar tidak ketinggalan berita loker terbaru lainnya

Join now
Komentar
Bagikan:

Iklan