Kalong yang Tergantung Ini Dijual Rp 50 Ribu per Ekor, Cara Nangkapnya Ternyata Susah
Mempawah (Suara Kalbar) – Kalong atau Keluang itu tampak bergantung rapi dalam sangkar di deretan kios-kios di Jalan Raya Peniti.
Warnanya yang hitam kecoklatan, tetap menjadi perhatian para pengguna jalan. Tak sedikit yang singgah untuk membeli.
Harganya, ternyata lumayan mahal. Per ekor dipatok harga Rp 50 ribu.
Suraidi, warga Singkawang, mengaku sering melihat kalong-kalong yang tergantung di Jalan Raya Peniti itu.
“Tapi sering kali lewat, baru kali ini saya singgah membeli. Tetangga saya di Singkawang titip, katanya untuk obat asma,” ujar dia.
Namun Suraidi mengaku tidak tahu bagaimana memproses Kalong atau Keluang itu menjadi obat asma.
“Mungkin bisa tanya Mbah Google bang, maklum ini juga titipan tetangga,” ujarnya lagi seraya tertawa lebar.
Ia mengatakan, dititipkan sang tetangga untuk membeli empat ekor. Seekornya dipatok Rp 50 ribu.
Setelah membeli, kalong-kalong itu kemudian diikat dan dimasukkan ke dalam mobilnya. Ia pun pamitan dan berlalu pergi.
Meidi, salah seorang penjaga kios Kalong di Jalan Raya Peniti, membenarkan harga yang dijual Rp 50 ribu per ekor.
Kios ini milik pamannya. Ia hanya ditugaskan menjaga dan melayani pembeli.
“Paman saya lagi istirahat, jadi saya yang menjaga,” cetusnya.
Dalam sehari, ia mengaku bisa terjual 15-20 ekor. Pembeli rata-rata masyarakat Kalbar yang melintasi Jalan Raya Peniti.
Seperti halnya Suraidi, warga Singkawang tadi, Meidi juga tak tahu persis apa manfaat Kalong ini sehingga banyak yang membeli.
“Tapi umumnya, mereka bilang untuk dimakan sebagai lauk dan juga obat asma/bengek,” jelas Meidi lagi.
Ditangkap dengan Kelayang
Kenapa Kalong yang dijual berharga cukup tinggi? Ternyata cara menangkapnya memang cukup susah dan butuh kesabaran.
Menurut Meidi, untuk menangkap Kalong, masyarakat setempat menggunakan media layang-layang yang dipasangi kail atau mata pancing.
“Cara menangkapnya cukup susah bang. Harus sabar. Dalam satu hari, belum tentu ada kalong yang bisa dipancing,” katanya.
Waktu menangkapnya, sore hingga malam hari. Dengan demikian, dalam proses “memancing” Kalong ini, layang-layang warga harus tetap berada di angkasa hingga malam hari.
“Pada tali layangan itu dipasangi mata pancing. Tapi tanpa umpan. Saat tali layangan terasa berat, itu berarti ada Kalong yang sangkut atau berhasil ditangkap,” paparnya.
Bisnis Kalong ini telah ditekuni belasan, bahkan puluhan tahun.
Warga yang menangkap berasal dari kawasan di sekitar Desa Peniti Luar. Kadang pula dari desa tetangga.
“Sekali antar, biasanya penangkap Kalong bawa belasan ekor. Jadi kami di sini tinggal menjual saja,” ucapnya.
Selama belum laku terjual, Kalong dagangan ini diberi makan buah-buahan, misalnya pisang dan lain sebagainya.
Join channel telegram websitekami.com agar tidak ketinggalan berita loker terbaru lainnya
Join now




