TANAH BERAPI di Mempawah Timur, Tim Pemadam Pontang-Panting Cari Sumber Air
![]() |
| Lihat lah betapa hitamnya saya diantara asap dan TANAH BERAPI di Dusun Tekam Baru, Desa Pasir Palembang, Kecamatan Mempawah Timur, saat aparat gabungan tengah memadamkan kebakaran lahan, Jumat (26/2/2021) sore. SUARAKALBAR.CO.ID/Dian Sastra |
Mempawah (Suara Kalbar) – Kebakaran lahan merambah di
sejumlah titik dan desa di Kecamatan Mempawah Timur, sejak Kamis (25/2/2021).
Saya menyebutnya, TANAH BERAPI. Sebab ketika api yang
melahap semak-semak berhasil dipadamkan aparat gabungan dan masyarakat yang tak
berhenti melakukan penyemprotan, tanah gambut yang turut terbakar, tak seketika
bisa dijinakkan.
Saya dan sejumlah awak media di Mempawah, sengaja diajak
Kapolres Mempawah, AKBP Fauzan Sukmawansyah dan para perwiranya, untuk melihat
langsung situasi lapangan, Jumat (26/2/2021) siang.
“Rekan-rekan media berani menerima tantangan? Ayo kita ke
lahan yang terbakar. Kita lihat langsung bagaimana personel TNI-POLRI dan
relawan berjibaku melawan api!” ajak Fauzan seraya bergegas masuk ke mobil
dinasnya.
Kapolres bukan mengajak kami jalan-jalan. Sejak awal, kami
awak media, sudah menyangka, proses perjalanan untuk melakukan peliputan,
bakalan berjalan sulit di tengah api, asap dan gemericik air yang disemprotkan
dari selang pemadam.
Begitu tiba di Dusun Tekam Baru, Desa Pasir Palembang, apa
yang kami bayangkan, ternyata lebih sulit lagi. Dari jalan desa, kami harus berjalan
kaki untuk masuk ke lokasi kebakaran.
Panasnya minta ampun. Saya tak bisa membayangkan, bagaimana aparat
TNI-POLRI bisa bertahan begitu lama untuk melakukan pemadaman. Sebab sebentar
saja, nafas kami sudah terasa sesak.
Mata kami memerah karena asap. Mata yang tak terlindung
kacamata khusus, pedas dan berair. Tak jarang kami batuk-batuk meski telah
mengenakan masker.
“Allahu Akbar! Panas bang, tak cukup masker dua lapis agar
napas kite tak sesak nih bang!” ujar Ramadhan, wartawan junior dari Tribun
Pontianak, dan Dimas Saputra, wartawan TVRI, seraya menarik tangan saya agar menjauh dari kobaran api.
Yang membuat kami makin sempit adalah, meski api di
semak-semak telah dipadamkan, tanah yang kami injak tetap terbakar. Berbongkah-bongkah
tanah dikerubuti api, mengeluarkan asap yang sangat menyesakkan dada.
TANAH BERAPI ini harus turut dipadamkan. Dan itu ternyata
tidak mudah. Sepatu dan sendal yang kami gunakan, mulai meleleh. Dan juga rusak.
Karenanya, agar sendal karet tak melumer, kami harus berjalan melompat-lompat,
memilih tanah yang sudah dipadamkan.
“Tanah gambut sulit dipadamkan, rekan-rekan media. Tetap
semangat!” celetuk Kapolres seraya mengelap keringat di balik pakaian dinas
kepolisiannya.
Saya lihat, Kapolres Fauzan Sukmawansyah, tampak memberi
instruksi kepada personelnya agar cepat-cepat memadamkan api. Seperti halnya
saya, mata Kapolres juga tampak memerah. Sesekali saya lihat, ia juga berusaha
mengatur nafas di tengah asap yang menyelubungi kami.
![]() |
| Kapolres Mempawah, AKBP Fauzan Sukmawansyah, bersama Kapolsek Mempawah Timur, Ipda Ria Iskandar dan anggota tengah menyemprot api yang berkobar di Dusun Tekam Baru, Desa Pasir Palembang, Jumat (26/2/2021) sore. SUARAKALBAR.CO.ID/Dian Sastra |
Meski asap makin kuat, tim gabungan tak mundur. Mereka terus
menyemprot, memblokir api. Tiba-tiba kabar buruk itu datang. Dua personel
TNI-POLRI tiba-tiba berteriak.
“Lapor ndan, sumber air habis. Parit sudah tidak ada air.
Kita jeda untuk mencari sumber air baru!” saran anggota. Tak ayal, Kapolres dan
Danyon Marhanlan, Mayor Mar Anton Koerniawan, bergegas mengecek parit.
Kabar buruk habisnya sumber air, membuat heboh semua tim
yang tengah menyemprot. Saya lihat, mereka pontang-panting mencari sumber air.
Bahkan, beberapa personel TNI, menggali parit-parit yang telah kering, agar
masih bisa diambil airnya untuk disemprotkan.
Dalam hati, saya sedih dan prihatin. Bagaimana aparat negara
ini harus “mempertaruhkan” nyawa untuk memadamkan api. Kondisi yang serba sulit
dan jauh dari kata santai, harus dijalani dengan lapang dada.
Semoga tulisan singkat ini, bisa mengetuk hati nurani
seluruh masyarakat. Mari semuanya tak membakar lahan. Sekarang ini, sudah 20
hari daerah kita tak dirundung hujan. Kalau bukan kita yang menjaga kesegaran
udara kita, siapa lagi.
Penulis : Dian Sastra
Join channel telegram websitekami.com agar tidak ketinggalan berita loker terbaru lainnya
Join now






