[FOTO] Berkah Budidaya Lebah Kelulut Ditengah Pandemi
![]() |
Rowan (31), Warga Desa Engkahan, Kecamatan Sekayam, Kabupaten Sanggau sedang memperlihatkan budidaya lebah kelulut miliknya, Selasa (29/12/2020).SUARAKALBAR.CO.ID/Agus Alfian |
![]() |
Rowan (31), Warga Desa Engkahan, Kecamatan Sekayam, Kabupaten Sanggau sedang memperlihatkan budidaya lebah kelulut miliknya, Selasa (29/12/2020).SUARAKALBAR.CO.ID/Agus Alfian |
![]() |
Rowan (31), Warga Desa Engkahan, Kecamatan Sekayam, Kabupaten Sanggau sedang memperlihatkan budidaya lebah kelulut miliknya, Selasa (29/12/2020).SUARAKALBAR.CO.ID/Agus Alfian |
![]() |
Rowan (31), Warga Desa Engkahan, Kecamatan Sekayam, Kabupaten Sanggau sedang memperlihatkan budidaya lebah kelulut miliknya, Selasa (29/12/2020).SUARAKALBAR.CO.ID/Agus Alfian |
![]() |
Rowan (31), Warga Desa Engkahan, Kecamatan Sekayam, Kabupaten Sanggau sedang memperlihatkan budidaya lebah kelulut miliknya, Selasa (29/12/2020).SUARAKALBAR.CO.ID/Agus Alfian |
Rumpun perdu pepohonan menghampar
di Dusun Entinuh, Desa Engkahan, Kecamatan Sekayam, Kabupaten Sanggau.
Di balik perdunya pepohonan itu, berdiri tiang-tiang tunggal
beratapkan kotak kayu yang menjadi sandaran ekonomi Rowan (31), salah seorang
tenaga kesehatan honorer pada rumah sakit pemerintah di Sekayam.
“Kotak-kotak kayu ini sarang lebah kelulut, sudah
sekitar setahun saya membudidayakan lebah kelulut untuk nambah-nambah
keuangan,” ungkap Rowan saat suarakalbar.co.id menyambangi tempat budidaya
lebah kelulut miliknya, Selasa (29/12/2020).
Ketertarikan Rowan menggeluti budidaya lebah kelulut bermula
ketika anaknya mengalami kecelakaan sekitar setahun lalu. Saat itu, kondisi
keuangan betul-betul terpuruk sehingga dia harus berfikir keras untuk mencari
tambahan penghasilan diluar gajinya sebagai honorer.
Bermodalkan bibit lebah kelulut yang dicarinya di hutan, ia
pun nekat membudidayakan hewan penghasil madu tersebut. Di fikiran Rowan ketika
itu adalah menghasilkan madu dari lebah ternak sendiri.
“Modal nekat saja, saya coba berternak kelulut ini.
Waktu itu, saya ambil bibit kelulut dari hutan terus saya budidayakan di rumah
tapi ndak langsung bisa menghasilkan madu. Berbulan-bulan saya coba budidayakan
di rumah tapi ndak ada hasil,” kenang ayah tiga anak itu.
Putus asa, bahkan ia sempat ingin menyerah waktu itu. Tapi
besarnya biaya pengobatan anak dan dapur yang harus tetap berasap membangkitkan
lagi semangat pria lulusan Diploma III Keperawatan tersebut.
Berulang kali mencoba dengan memindahkan sarang lebahnya
langsung ke hutan di Entinuh, budidaya kelulut Rowan pun sedikit demi sedikit
mulai menghasilkan madu.
“Di awal-awal dulu, cuma sepuluh kotak sarang yang bisa
menghasilkan madu. Terus di bulan Maret itu kan sudah mulai ada corona, banyak
yang cari madu ke saya. Kebetulan di RS waktu itu ndak banyak pasien, jadi saya
fokuskan untuk ternak lebah dulu,” ujar dia.
Rowan mengatakan, saat ini dia memiliki lebih dari 40 kotak
sarang lebah kelulut. Dalam sebulan, puluhan sarang lebah itu bisa menghasilkan
madu hingga sepuluh kilogram.
Madu asli perbatasan itu, disampaikan Rowan, kemudian
dikemas dalam botol ukuran sedang oleh istrinya lalu dikirim ke pemesan.
“Yang pesan banyak saat pandemi gini, ada dari Kalbar,
ada yang dari luar Kalbar bahkan dari Malaysia pun ada yang pesan madu ke
saya,” ucapnya.
Di tengah banyaknya permintaan madu, Rowan mengalami nasib
apes. Sarang-sarang kelulut miliknya hilang tak berbekas digondol maling.
Beberapa sarang yang dicuri, kata Rowan, bahkan sudah siap
panen. Jerih lelah Rowan selama berbulan-bulan merawat dan membentuk sarang
kelulut pun dinikmati sang penggondol.
Kendati ada pundi-pundi yang hilang, Rowan tidak patah
semangat. Dia kembali bangkit, membuat sarang kelulut dari awal. Semua sarang,
dikatakannya, sekarang sudah berpenghuni dan menghasilkan madu berkualitas.
“Kelulut adalah sejenis lebah dengan ukuran lebih kecil
dan tanpa sengat. Nama lainnya itu Trigona atau Klanceng. Madunya memiliki rasa
manis, manis asam dan manis asam pahit. Di Indonesia ada ratusan jenis lebah
kelulut, tapi yang di perbatasan ini rasa madunya lebih enak,” jelas
Rowan.
Usaha tidak akan mengingkari hasil. Pribahasa itu barangkali
cocok menggambarkan perjuangan Rowan untuk keluarga. Jatuh terpuruk sudah
biasa, tapi dari pandemi, Rowan mengecap manisnya madu-madu Rupiah.
Penulis : Agus Alfian
Foto : Agus Alfian
Join channel telegram websitekami.com agar tidak ketinggalan berita loker terbaru lainnya
Join now