SUARAKALBAR.CO.ID
Beranda Daerah Mempawah Kisah Penyandang Tuna Netra di Penibung yang Hidup dari Mengupas Kelapa

Kisah Penyandang Tuna Netra di Penibung yang Hidup dari Mengupas Kelapa

Penyandang tuna netra bernama Munziri di Desa Penibung yang mencari nafkah dari keahlian mengupas kelapa | Suarakalbar: Dian Sastra.

Mempawah (Suara Kalbar)-Munziri atau biasa disapa Usu Mun (50), adalah warga Desa Penibung, Kecamatan Mempawah Hilir, Kabupaten Mempawah. Ia penyandang tuna netra yang sehari-hari bekerja mengambil upahan mengupas kelapa.

Di Mempawah, mengupas kelapa biasa disebut “menyuik”. Ini lah yang menjadi sarana Usu Mun mencari nafkah, tertatih-tatih dari rumah ke rumah, dari kebun ke kebun warga, untuk meminta upahan menyuik.

Kebutaan yang dialami Usu Mun sejak kecil. Tapi ia bukan tipe orang yang mudah menyerah. Meski tak bisa melihat indahnya dunia, ia bersama istrinya, sehari-hari harus bekerja agar dapur tetap berasap.

Bukan main gembiranya Usu Mun ketika diberitahu, bahwa hari ini adalah Hari Kemerdekaan ke-75 Republik Indonesia. “Merdeka! Merdeka!” ujarnya penuh semangat, ketika wartawan suarakalbar.co.id, menyambangi rumahnya, di Kompleks Abrasi, Gang Hidayah, Desa Penibung.

Ditemani seorang aktivis disabilitas Mempawah, Mikael, selanjutnya Usu Mun menyampaikan suka citanya karena pemerintah akan membiayai bedah rumahnya agar menjadi layak huni.

Ya, rumah Usu Mun sangat memprihatinkan. Di rumah gubuk ini lah, Usu Mun dan istrinya tinggal sejak berpuluh-puluh tahun lalu. Nyaris tidak layak huni, atap bocor dan dinding papan yang telah rapuh.

Sebelumnya, pemerintah desa dan warga Penibung telah bergotong-royong menampal atap yang bocor dan membuatkan sarana MCK yang sederhana di belakang rumahnya. Namun karena keterbatasan biaya, rehab rumah Usu Mun tidak bisa dilaksanakan optimal.

“Setiap hari saye selalu berdoa agar Allah Taala mengirimkan orang-orang yang berhati mulie untuk memperbaiki rumah saye. Dan Allah Taala telah kabulkan doa saye dan istri, tahun ini rumah saye akan dibedah oleh pemerintah,” ujarnya.

Sementara itu, Mikael, menambahkan, Usu Mun bisa bertahan hidup karena kemurahan hati warga Desa Penibung yang memberikan upahan kepadanya untuk menyuik kelapa. Jika ada pemilik kebun kelapa memerlukan keahlian Usu Mun, maka ia akan datang sendiri, tanpa perlu dipandu, karena telah hapal jalan.

“Namun jika lokasi kebun agak jauh, kadang ia dijemput pemilik kebun kelapa atau istrinya yang memandu Usu Mun. Kisah perjuangan hidup beliau ini sungguh membuat kami yang muda-muda merasa haru dan bangga. Usu Mun ini luar biasa,” tegas Mikael.

Kepala Dusun Dewa, Desa Penibung, Hayati, ketika dihubungi, membenarkan bahwa rumah Usu Mun akan dibedah pemerintah pusat melalui Balai Pelaksanaan Penyediaan Perumahan Kalimantan I Kementerian PUPR yang meluncurkan program Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS).

“Di Desa Penibung ada 30 rumah yang akan dibedah melalui Program BSPS senilai Rp 17,5 juta per unit. Salahsatunya adalah rumah milik pak Munziri yang biasa disapa Usu Mun. Insya Allah bantuan ini sangat bermanfaat buat masyarakat kami,” imbuh Hayati lagi.

Penulis : Dian Sastra

Join channel telegram websitekami.com agar tidak ketinggalan berita loker terbaru lainnya

Join now
Komentar
Bagikan:

Iklan