SUARAKALBAR.CO.ID
Beranda News Kisah Pilu TKI Asal Mempawah Ketika Malaysia Lockdown

Kisah Pilu TKI Asal Mempawah Ketika Malaysia Lockdown

Husin bin Samardin (47) TKI asal Mempawah saat Malaysia Lockdown bercerita kepada Aparatur Desa Antibar dan Petugas Bhabinkamtibmas di kediamannya Jalan Johansyah Bakri RT 21 RW 06 Dusun Moton Jaya, Desa Antibar yang baru saja pulang dari Malaysia, Rabu (1/4/2020).


Mempawah  
(Suara Kalbar)- Banyak kisah menyedihkan yang melanda para Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang bekerja di Malaysia saat diberlakukannya lockdown di Malaysia, diantaranya yang dialami Husin bin Sarmadin (47), warga Jalan Johansyah Bakri RT 21/RW 06, Dusun Moton Jaya, Desa Antibar, yang baru saja pulang dari Malaysia pada Sabtu (28/03/2020) lalu.

Selang beberapa hari kedatangannya, Husin pun didatangani petugas untuk menjalani pemeriksaan dan pengecekan kesehatan Kabupaten Mempawah.

Suarakalbar.co.id bersama Aparatur Desa Antibar dan Petugas Bhabinkamtibmas mengunjungi kediaman Husin, Rabu (01/04/2020) siang.

Pria yang bekerja sebagai buruh bangunan di Kuching, Malaysia itu menuturkan pengalaman dan ceritanya hingga akhirnya memutuskan pulang kampung di tengah kasus pandemi virus Covid-19.

“Pemerintah Malaysia mengeluarkan kebijakan lockdown sejak tanggal 18 Maret lalu. Sejak saat itu, seluruh aktivitas dihentikan, masyarakat harus tetap di dalam rumah selama 24 jam penuh,” kata Husin didampingi Tokoh Agama setempat, Ustadz Asmuni mengawali ceritanya.

Selama kebijakan lockdown, kata Husin, seluruh TKI pun harus mengunci diri di kamp-kamp penginapan di lingkungannya bekerja. Sejak itulah, kebutuhan hidup dirasakan semakin berat. Sebab, setiap harinya mereka harus mengeluarkan biaya untuk makan dan minum tanpa ada pemasukan.

“Untuk warga asli Malaysia, seluruh kebutuhan hidupnya ditanggung oleh Pemerintah Malaysia. Sedangkan para TKI, sama sekali tidak mendapatkan bantuan apapun. Kami hanya mengharapkan belas kasihan dari majikan, dan bantuan itupun tidak setiap hari,” lirihnya.

Selama masa lockdown itu berlangsung, Husin sendiri mengaku memiliki uang simpanan sebesar 150 ringgit atau sekitar Rp 570 ribu. Namun, jumlah itu tidak akan mencukupi kebutuhan hidup. Apalagi, sama sekali tidak ada aktivitas sehingga menyulitkan para TKI ini mendapatkan makanan.

“Terinfeksi Corona belum tentu, tetapi mati akibat kelaparan sangat mungkin jika tetap bertahan di sana (Malaysia). Akhirnya, saya memutuskan pergi ke Konsulat Indonesia untuk minta dipulangkan,” ceritanya.

Saat berada di Konsulat, kata Husin, pelayanan diberikan secara maksimal. Dia dan rekan-rekan kerjanya menjalani proses mulai dari pemeriksaan kesehatan hingga akhirnya dipulangkan melalui jalur darat.

Husin mengaku dua kali menjalani pemeriksaan kesehatan sebelum dipulangkan ke Mempawah.

“Pertama pemeriksaan di Konsulat, kemudian pemeriksaan lagi di perbatasan. Dan saya lolos dinyatakan sehat. Alhamdulillah, sampai sekarang pun saya merasakan sehat. Saya juga mendapatkan kartu kewaspadaan kesehatan. Jika saya sakit, pastinya tidak akan diperbolehkan pulang,” ujarnya.

Dia mengatakan banyak rekan-rekannya yang mengadu nasib sebagai TKI di Malaysia. Dari pengetahuannya, di Desa Antibar saja ada kurang lebih 20-an warga yang menjadi TKI di Malaysia.

“Banyak TKI asal Mempawah di Malaysia yang belum bisa pulang, karena mereka tidak memiliki uang simpanan. Terkecuali ada kiriman uang dari keluarga agar mereka punya biaya untuk pulang. Mereka semua berharap ada bantuan dari pemerintah agar tak mati kelaparan di negeri orang,” katanya.

Setelah menjalani pemeriksaan, Husin ditetapkan statusnya sebagai Orang Pelaku Perjalanan (OPP). Husin diminta untuk mengkarantina diri selama 14 hari di rumah dan tidak boleh berinteraksi di luar. Jika merasakan sakit, segera lapor kepada petugas agar dilakukan pemeriksaan secara intensif.

Penulis : Dian Sastra

Editor  : Hendra

Komentar
Bagikan:

Iklan