SUARAKALBAR.CO.ID
Beranda News Corona, Yuk, Patuhi Perintah Pemerintah Kita

Corona, Yuk, Patuhi Perintah Pemerintah Kita

Oleh: Yusriadi* 

BEBERAPA hari ini kita mendapatkan kiriman berbagai video mengenai kegiatan di rumah ibadah saat keharusan social distancing dilakukan. Video –video itu memperlihatkan kesan “mereka” seakan-akan pademi corona hanya terjadi di dunia lain, dan pada orang lain. Corona tidak terjadi di sekitar kita dan kita tidak akan menjangkiti kita. Kita tidak akan mati karena corona.

Alhasil, video itu dan berbagai percakapan sejenis di media sosial, membentuk narasi bahwa corona sekarang ini telah menjadi alat pemerintah untuk menakuti rakyat dan menjauhkan umat Islam dari masjid. Corona telah diolah oleh “media” dan diperalat oleh negara tertentu.

Terlihat cukup jelas, narasi itu terus dikembangkan dan digunakan untuk menggerus kepercayaan publik pada apa yang dilakukan pemerintah sekarang, dan pada akhirnya menghilangkan kepercayaan kepada pemerintah. Cukup jelas pula narasi itu berkaitan dengan pertarungan-pertarungan ideologi-politik, antar kelompok.

Sungguh, di situlah kengerian kita muncul. Kita dapat membayangkan bencana apa yang akan timbul jika warga tidak percaya terhadap apa yang dilakukan pemerintah dan tidak percaya pada pemerintah.

Bencana di dunia yang akan muncul adalah perpecahan. Mereka memproduksi energi negatif dan dalam beberapa hal mempengaruhi orang lain. Jika perpecahan itu selesai pada perpecahan ideologi, haluan dan cara berpikir, mungkin masih lumayan. Tetapi jika perpecahan itu merembet pada konflik fisik…Oh, malang benar kita dikadali mereka.

Bencana di akhirat bukan mustahil akan dituai setelah perpecahan itu. Lihat, kita menjadi ingkar pada pemimpin. Padahal sudah jelas perintah Allah: Taatlah kepada Allah, Rasul dan Pemimpin. (QS Annisa: 59). Lha, sekarang, kita ingkar pada perintah Allah!

Begitu juga ketika kita pecah dan berkonflik dengan sesama kita, mungkin kita akan mencelakakan dan membunuh saudara-saudara kita. Mungkin kita akan gelap mata oleh emosi yang muncul dari energi negatif tadi. Padahal sudah jelas, apa hukuman Allah untuk orang yang memusuhi dan membunuh saudaranya. Seperti juga sangat jelas hukuman untuk orang yang pekerjaannya “mengompori” orang lain agar berbuat makar dan ingkar pada pemimpin. Nauzubillah.

Pada saat corona seperti ini, sikap ingkar pada kebijakan pemerintah sangat beresiko membahayakan diri dan orang lain. Corona itu makhluk halus, tidak nampak oleh mata kita. Kita tidak cukup tahu siapa yang sudah terkena virus dan siapa yang belum.

Sikap ini pasti berarti akan potensial menambah jumlah kasus covid-19.

Saat ini memang jumlah rumah  sakit dan kemampuan tenaga medis menangani masih cukup; tetapi, jika pertambahan terus terjadi…kapasitas ada batasnya.

Sekarang saja jumlah orang yang terserang covid-19 di Indonesia sudah mencapai 6575, dan kematian sudah mencapai 582 jiwa. (Per 19 April 2020). Sementara itu di seluruh dunia, kematian karena corona sudah menjadi 161,030. Jumlah sangat banyak!

Bagi pemerintah Indonesia, narasi ingkar pemerintah itu pasti menjadi beban psikologis. Yang dihadapi sekarang adalah segerombolan orang yang tidak bisa diatur dan membahayakan orang lain. Hambatan psikologis akan membuat pekerjaan bertambah berat, berlipat-lipat.

Biaya yang dikeluarkan juga bertambah besar. Sekarang saja, alokasi untuk penanganan covid ini dari APBD mencapai 56 triliunan rupiah.

Kerugian yang disebabkan covid juga sangat-sangat besar. Malah, sudah tidak bisa dihitung. Orang kehilangan pendapatan dan pekerjaan. Sejumlah usaha berhenti beroperasi. Harga barang-barang tertentu menjadi mahal. Dan lain sebagainya.

Bagi tenaga medis, narasi yang dibuat golongan ingkar pemerintah akan menjadi potensi menambah beban tugas mereka. Ketika jumlah pasien bertambah, berarti beban tugas mereka juga bertambah. Para perawat, tenaga medis, menanggung kewajiban moral untuk merawat semua orang, tanpa memandang kelompok, agama dan suku.

Mereka juga tidak bisa membedakan perlakuan layanan kepada orang yang patuh dan ingkar.

Kiranya, sudah saatnya golongan yang ingkar ini berhenti menyerang pemerintah dan orang yang sedang bekerja untuk kemanusiaan. Kalau pun masih kecewa karena sesuatu dan lain hal, maka atas nama kemanusiaan, diamlah untuk sesaat. Hal itu lebih baik sekarang ini. Jika ingin menuntut hak kepada penguasa sekarang, percayalah urusan tuntutan pada pemimpin itu akan diminta tanggung jawabnya kelak. Sekarang, sebagai orang yang dipimpin, tugas kita untuk patuh kepada pemimpin.

Sebagai warga bangsa, siapa lagi yang dipatuhi kalau bukan pemerintah. Simpanlah mimpi memiliki pemimpin sendiri—setidaknya untuk saat pandemi ini.

Hari ini  kita memang belum terpapar, atau kebal dari corona, tetapi, yakinlah, ada orang lain yang tidak kebal. Mungkin orang lain itu keluarganya atau saudara-saudara kita juga.

Yuk, mari patuh, atau diam saja!

*Penulis adalah Ketua PW ISNU Kalbar

Join channel telegram websitekami.com agar tidak ketinggalan berita loker terbaru lainnya

Join now
Komentar
Bagikan:

Iklan