News  

Menghilangnya Varietas Padi Lokal Kalbar dalam Program Pemerintah

Ilustrasi – tanaman padi varietas lokal (int)

Oleh: Ramadhan Ardiyanto

PADI merupakan tanaman yang paling penting di negeri kita Indonesia. Karena salah satu makanan pokok di Indonesia adalah nasi dari beras yang tentunya dihasilkan oleh tanaman padi. Padi juga memiiki persentase terbesar di Indonesia bagian barat dan tengah yang dikonsumsi setelah jagung, sagu, dan singkong. Selain di Indonesia padi juga menjadi makanan pokok negara-negara di benua Asia lainnya seperti China, India, Thailand, Vietnam dan lain-lain. Tentu saja setelah kita melihat hal yang terjadi, padi memiliki potensi terbesar yang dibutuhkan.

Khusus di Kalimantan Barat, hampir seluruh penduduk kita mengonsumsi padi. Ada banyak ragam jenis padi yang tersebar di seluruh dunia, dan Kalimantan Barat memiliki kurang lebih 120 jenis varietas padi lokal yang dibudayakan secara turun temurun oleh petani di Kalimantan Barat. Jenis padi yang beragam tentunya tidak mengurangi fungsi dan kandungan yang dibuthkan oleh tubuh di dalamnya. Artinya padi lokal mampu bersaing dengan jenis padi dari daerah lainnya di Indonesia bahkan untuk skala Asia Tenggara. Jika pemerintah lebih teliti, tentunya hal ini berdampak sangat baik bagi sistem keamanan pangan karena pemerintah tidak perlu repot-repot membuat anggaran besar dalam kasus impor beras. Kasus impor beras seperti yang kita ketahui memiliki masalah tersendiri, seperti mematika produk lokal yang ada, muaranya adalah pendapatan dan kesejahteraan petani akan menurun.

Padi merupakan tanaman berupa rumput berumpun. Hidup dengan media tanam tanah. Terdapat 121 plasma nutfah padi lokal yang tersebar di 8 Kabupaten di Kalimantan Barat. Kabupaten yang memiliki plasma nutfah padi lokal yang paling banyak adalah Kabupaten Sambas (29 aksesi) , disusul oleh Kabupaten Sangggau (26 aksesi), Kabupaten Pontianak (22 aksesi), Kabupaten Landak (19 aksesi), Kabupaten Kapuas Hulu (14 aksesi), Kabupaten Bengkayang (13 aksesi), Kabupaten Kubu Raya (11 aksesi) dan Kabupaten Ketapang (10 aksesi). Varietas padi lokal yang cukup luas penyebarannya adalah varietas Sirendah yang ditanam oleh petani di enam Kabupaten yaitu di Kabupaten Sambas, Kabupaten Pontianak, Kabupaten Kubu Raya, Kabupaten Bengkayang, Kabupaten Landak, dan Kabupaten Ketapang, selanjutnya disusul oleh varietas Siam Ketupat yang menyebar di empat kabupaten yaitu Kabupaten Sambas, Kabupaten Pontianak, Kabupaten Kubu Raya dan Kabupaten Kapuas Hulu, selanjutnya disusul oleh varietas Ketumbar dan Ringkak Condong yang ditanam di tiga Kabupaten yaitu Kabupaten Sambas, Kabupaten Pontianak, dan Kabupaten Kubu Raya, selanjutnya disusul oleh varietas Bali, Banjar, Melawi, Pandan Wangi, Pulut Sagu, Ringkaka Paya, Ringkak Putih, Ringkak Semut, Ringkak Senen,dan selasih yang ditanam di dua Kabupaten, sedang varietas lokal lainnya hanya ditanam di satu Kabupaten.

Namun dalam penerapannya, pemerintah lebih memilih padi hibrida dan berbagai padi unggul sebagai pemasok padi di Indonesia dibandingkan padi lokal yang banyak ragam jenisnya, Hal itu dapat menyebabkan kurangnya pembudidayaan padi lokal itu sendiri. Selain itu, dapat juga menyebabkan punahnya suatu varietas padi lokal yang ada di Kalimantan Barat. Ribuan varietas padi lokal telah lenyap dari petani, Hal tersebut merupakan dampak dari “pemaksaan” kepada petani untuk menanam padi varietas unggul nasional dan hibrida berbasis spesies indika. Padahal, di Kalimantan Barat kaya akan nutfah padi lokal. Jika tidak ada komitmen antara petani dan pemerintah untuk melestarikan, dikhawatirkan padi varietas lokal akan punah. Padahal, varietas padi lokal mempunyai karakteristik tertentu hasil adaptasi dengan lahan pertanian di suatu daerah tersebut. Selain dari aturan pemerintah, petani juga lebih memilih membudidayakan padi unggul dan hibrida karena faktor usia panen yang lebih cepat dibandingkan dengan padi lokal. Selain dari itu juga dikarenakan adanya kebijakan yang mendorong agar petani memakai benih dan pupuk yang diberikan oleh pemerintah dan juga adanya pola tanam serentak. Dengan demikian semakin lama padi lokal akan tersingkir oleh aturan yang berlaku.

Padahal jika dilihat dari segi ekonomisnya, menanam padi lokal lebih menguntungkan karena harga benih yang lebih murah. Selain itu juga dalam perawatannya, padi lokal lebih mudah dibandingkan dengan padi lainnya. Seharusnya pemerintah memiliki kebijakan yang jelas untuk menyelamatkan padi lokal sebelum varietas padi lokal musnah. Karena suatu varietas padi lokal merupakan ciri khas tersendiri dari suatu daerah yang memiliki varietas tersebut.

*Penulis adalah Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Pontianak

Exit mobile version