News  

Pariwisata Kalbar dan Kunjungan Wisatawan Mancanegara

Pantai Gosong di Kabupaten Bengkayang,Kalbar (ist)

Oleh: Diva Arum Mustika, S.Tr.Stat

DALAM Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Barat No.2 Tahun 2019 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Kalimantan Barat tahun 2018-2023, meningkatnya pertumbuhan sektor pariwisata di dalam PDRB menjadi salah satu sasaran dalam mencapai misi  “Mewujudkan Masyarakat yang Sejahtera”. Sebagai salah satu provinsi yang terletak di pulau terbesar di Indonesia, Kalimantan Barat menyimpan berbagai potensi wisata alam yang layak untuk dikunjungi.

Keanekaragaman wisata alam dari mulai wisata bahari hingga cagar alam seperti Danau Sentarum, Pulau Lemukutan, Air Terjun Riam Merasap, dan Taman Nasional Gunung Palung menjadi daya tarik wisatawan yang berkunjung kesini. Selain wisata alam, Kalimantan Barat juga memiliki wisata budaya yang menjadi ciri khas masyarakat di tanah Borneo bagian barat ini. Apalagi sebagai provinsi yang berbatasan langsung dengan negara Malaysia, hal ini seharusnya memberikan dampak positif untuk menarik wisatawan mancanegara (wisman) khususnya dalam sektor pariwisata.

Kunjungan Wisatawan Mancanegara

Berdasarkan Berita Resmi Statistik (BRS) yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Kalimantan Barat awal Desember lalu, kunjungan wisatawan mancanegara yang datang ke Kalimantan Barat pada bulan Oktober tahun 2019 mencapai 4.997 kunjungan. Jumlah tersebut mengalami penurunan sebesar 13,77 persen apabila dibandingkan dengan kunjungan wisatawan mancanegara pada bulan September  tahun 2019 (5.795 kunjungan).

Penurunan kunjungan wisman terjadi di pintu masuk Supadio, Aruk, dan Nanga Badau masing-masing turun sebesar 23,04 persen, 28,42 persen, dan 7,14 persen, sedangkan di pintu masuk Entikong mengalami kenaikan sebesar 3,37 persen. Wisman yang datang dari wilayah ASEAN memiliki persentase jumlah kunjungan paling tinggi pada Oktober 2019, yaitu sebesar 92,54 persen atau sebanyak 4.624 kunjungan yang didominasi oleh wisman berkebangsaan Malaysia (66,06 persen).

Keadaan Pariwisata Kalbar

Apabila dilihat lebih dalam lagi mengenai sektor pariwisata yang ada di Kalimantan Barat, sebenarnya masih banyak ‘pekerjaan rumah’ yang harus dilakukan oleh segenap pemerintah daerah dalam mencuri hati wisatawan mancanegara untuk mengunjungi Kalimantan Barat.

Keterbatasan akses untuk mencapai destinasi wisata utamanya wisata alam menjadi salah satu kendala. Bersumber dari Publikasi “Provinsi Kalimantan Barat Dalam Angka 2019” masih terdapat 7.461,18 kilometer jalan di Kalimantan Barat yang dikategorikan dalam kondisi rusak dan rusak berat dari total 14.661,64 kilometer total jalan atau sebesar 50,89 persen pada tahun 2018.

Jalanan yang masih rusak menjadi penghambat wisatawan untuk memasuki obyek wisata dan mengurangi kepuasan wisatawan mancanegara dalam berlibur. Selain itu, kondisi geografis Provinsi Kalimantan Barat yang memliki luas 147.307 kilometer persegi membuat para wisatawan perlu menempuh jarak perjalanan yang cukup jauh dan memakan waktu yang lama.

Masih terbatasnya biro-biro perjalanan wisata di provinsi yang dilewati oleh garis khatulistiwa ini juga harus menjadi perhatian. Berbeda apabila kita mencari biro wisata ke Bali atau Pulau Komodo yang telah bertebaran di media sosial dan secara mudah dicari. Hal tersebut berkaitan dengan kurang gencarnya promosi dan pemasaran pariwisata di Kalimantan Barat.

Sebenarnya banyak sekali icon Kalimantan Barat yang dapat dijadikan salah satu icon wisata, misalnya tugu khatulistiwa di Kota Pontianak. Akan tetapi belum ada gerakan yang masif untuk mempromosikannya sehingga wisatawan mancanegara kurang mengetahui akan adanya destinasi wisata yang ada disini.

Perbaikan dalam berbagai hal tentunya dapat dilakukan apabila pihak-pihak terkait saling bahu-membahu dalam mensukseskan rencana pembangunan yang telah ditargetkan oleh Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat.

Infrastruktur sebagai sarana penunjang pariwisata sudah seharusnya menjadi fokus utama dalam pembangunan terutama jalan yang rusak. Bila perlu dibangun bandara perintis di sekitar obyek wisata seperti yang ada di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur dan sarana akomodasi yang memadai sehingga wisatawan mancanegara tidak perlu memakan waktu yang lama serta menempuh perjalanan yang jauh.

Selain itu, promosi obyek wisata juga menjadi suatu hal yang wajib didengungkan agar masyarakat luar tahu akan keindahan Provinsi Kalimantan Barat. Branding pariwisata Kalimatan Barat yang baru-baru ini resmi di launching harus lebih diserukan lagi.

Tagline pariwisata seperti “Wonderful Indonesia” atau “Enjoy Jakarta” juga perlu dimiliki oleh provinsi ini dengan menggunakan bahasa internasional sehingga masyarakat luar negeri dapat mengerti maksud dari tagline tersebut. Peran serta masyarakat juga diperlukan terutama untuk masyarakat disekitar obyek wisata. Harapannya masyarakat dapat mengembangkan ekonomi kreatif seperti kerajinan untuk souvenir dan kuliner khas untuk oleh-oleh.

Dengan berkembangya sektor pariwisata, tentunya akan menumbuhkan perekonomian masyarakat sekitar. Sudah saatnya sektor pariwisata bangkit, menarik turis asing untuk datang ke Indonesia khususnya Kalimantan Barat. Sudah saatnya kita dilirik oleh wisatawan mancanegara sebagai destinasi wisata, bukan kita yang melirik negara tetangga untuk berkunjung.

*Penulis adalah Staf Seksi Statistik Distribusi BPS Kabupaten Sekadau

Exit mobile version