Misa Arwah 40 Hari Meninggalnya P. Jerun Stoop, CP
Ketapang (Suara Kalbar) – “Harimau mati meninggal belang, gajah mati meninggal gading, manusia mati nama, ” begitu kata RD. Zacharias Lintas mengawali kotbahnya pada Misa Arwah 40 Hari Meninggalnya P. Cornelius Jacobus Stoop, CP di Gereja St. Agustinus, Jl. Gatot Subroto, Paya Kumang Ketapang, Sabtu (3/2).
Misa arwah 40 hari meninggalnya imam misionaris asal negeri Kincir Angin yang akrab dipanggil Pastor Jerun itu berlangsung dari pukul 18.00 – 19.45 wib. Misa dipimpin langsung oleh Uskup Ketapang Mgr. Pius Riana Prapdi, didampingi oleh RD. Zacharias Lintas, P. Yustinus Sukardi, CP, dan P. Krisantus CP.
Pastor Jerun sendiri meninggal dunia di Belanda pada Sabtu, 23 Desember 2017 dalam usia 92 tahun. Ia pun dimakamkan di negeri asalnya Belanda.
Khusus untuk Pastor Jerun ini, kata Pastor Lintas, kita yang ditinggalkannya ini justru berhutang pada. “Kita ini justru berhutang kepada Pastor Jerun, ” ujar Pastor Lintas dihadapan umat dua paroki yang hadir pada misa, yakni Paroki Katederal Santa Gemma Galgani dan Paroki St. Agustinus selaku penyelenggara.
Hutang yang Pastor Lintas maksud adalah tugas untuk melanjutkan karya-karya yang Pastor Jerun lakukan selama bertugas di Keuskupan Ketapang.
“Salah satu jasa Pastor Jerun yang sangat terkenal adalah karyanya di bidang pendidikan, yakni tekadnya untuk menyekolahkan anak-anak pedalaman, “ungkapnya.
Niat tulusnya untuk menyekolahkan anak-anak pedalaman tersebut ia rintis pertama kali dengan mendirikan Panitia Bea Siswa (PBS) Keuskupan Ketapang pada tahun 1976 dan ia sebagai ketuanya.
“Dari PBS ini, setidaknya ada 700-an lebih anak-anak pedalaman yang berhasil ia sekolahkan hingga ke Perguruan Tinggi, “ujarnya.
Dari 700-an lebih alumni PBS tersebut, kini mereka tersebar di berbagai profesi dan pekerjaan. Bahkan, tak sedikit pula mereka yang saat ini menjadi pejabat setaraf Sekda dan Kepala SKPD di Pemda Ketapang dan di beberapa kabupaten lainnya di Kalimantan Barat, seperti di Sintang, Landak dan Bengkayang. Para alumni PBS Keuskupan Ketapang tak sedikit juga yang menjadi anggota legislatif.
Itu semua, kata Pastor Lintas, kalau bukan karna Pastor Jerun, rasanya agak sulit kita bisa seperti sekarang ini. “Karna itu, tugas kita adalah melanjutkan karya Pastor Jerun itu, ” tandas Pastor Lintas.
Selama berkarya di Keuskupan Ketapang, Pastor kelahiran Schoorl, Belanda, 2 Maret 1925 itu memang dikenal sangat perhatian dengan nasib orang-orang pedalaman, khususnya Dayak. Setiap kali bicara, ia selalu menyebut, “rang kita”.
Saking cintanya kepada orang-orang pedalaman di Ketapang, saat Uskup Ketapang Mgr. Pius Riana Prapdi menjenguknya ke Panti Jompo di Belanda pada tahun 2014 lalu, di saat usianya yang sudah renta, Pastor Jerun bahkan masih sempat menitip pesan kepada Uskup Ketapang, “Berdayakan, berdayakan dan berdayakan orang muda Dayak, ” ujar Mgr. Pius menirukan ucapan Pastor yang dijuluki sebagai Pejuang Dayak itu.
Para alumni PBS Keuskupan Ketapang seperti Drs. Heronimus Tanam (Pj. Sekda Ketapang) , ME, Drs. H. Jahilin, M. Pd (Kepala. Dinas Pendidikan Ketapang) dan Drs. Alkap Pasti (Wakil Ketua KPU Ketapang) pun mengakui betapa besarnya jasa Pastor Jerun. Karena itu lah, H. Tanam, H. Jahilin dan Alkap Pasti sangat berterima kasih atas jasa Pastor Jerun dan merasa sangat kehilangan atas meninggalnya Pastor Jerun.
Pastor Jerun sendiri pertama kali datang sebagai imam misionaris ke Indonesia pada tahun 1952. Ia memulai karyanya di Keuskupan Ketapang. P. Jerun (1953 – 1963) menjadi Pastor Paroki Tumbang Titi. P. Jerun pun (1965 – 1970) pernah menjadi Pastor Paroki Lintang, Keuskupan Sanggau.
Imam Kongregasi Passionis Provinsial Belanda itu juga pernah menjadi Ketua Komisi PSE Keuskupan Ketapang (1976 – 1993), Ketua Yayasan Peritas (1976 – 1996), Vikjend Keuskupan Ketapang (1977 – 1986), Pastor Paroki Emanuel Sukadana (1993 – 1997), Superior Biara Student Beato Pio Campidelli, Malang (1998 – 2004).Dan terakhir, P. Jerun (2004 – 2012) menjadi Superior Novisiat Passionis Santo Gabriel Batu – Malang, Jatim. Setelah itu ia pun pensiun dan kembali ke Belandan.
Penulis: Thomas Tion
Editor: Mimi
Join channel telegram websitekami.com agar tidak ketinggalan berita loker terbaru lainnya
Join now