SUARAKALBAR.CO.ID
Beranda Daerah Sanggau Masa Pandemi Covid-19, Petani Enau di Batas Negeri Tetap Bertahan

Masa Pandemi Covid-19, Petani Enau di Batas Negeri Tetap Bertahan

Teks foto:Bernardus Bernard mengolah air enau untuk dijadikan gula aren. SUARAKALBAR.CO.ID/Agus Alfian

Kembayan (Suara Kalbar) – Badai Corona tak mampu menggoyahkan petani enau. Permintaan gula aren bahkan melambung,terutama saat Ramadhan dan Lebaran lalu hingga saat ini.

Bernardus Bernard (48), petani enau di Desa Kuala Dua, Dusun Jemongko Kecamatan Kembayan, pun bersyukur tahun ini masih dapat memanfaatkan delapan batang enau (Arenga pinnata Merr).

Air yang terus menetes dari tandannya mengalirkan rezeki di tengah keluarga.
Sebagian besar Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) tertahan akibat pandemi virus corona(Covid-19).

Daya beli masyarakat yang turun dan himbauan tetap di rumah adalah faktor utama menurunnya kinerja UMKM selama pademi Covid-19. Namun, hal tersebut tidak berlaku terhadap salah satu UMKM pengrajin gula aren.

Di tengah wabah Covid-19, permintaan terhadap gula aren justru mengalami kenaikan pada Ramadhan lalu dan sekarang masih tinggi kebutuhan gula aren. Sebabnya  gula aren dibutuhkan oleh masyarakat sebagai campuran membuat minuman untuk daya tahan tubuh dalam mencegah penularan Covid-19.

Salah satu pengrajin gula aren yang merasakan kenaikan omzet adalah Bernardus Bernard.
Dia mengatakan pesanan gula aren kepadanya mengalami kenaikan.

“Pesanan gula naik saya harus menyadap kurang lebih 8 pohon enau diskekitar rumah untuk memenuhi permintaan pelanggan dan pasar lokal kembayan hingga ke perbatasan Entikong,” ungkap Bernardus Bernard, Minggu (20/11/2021)

Dalam menjalankan usahanya, gula aren yang diproduksi Bernardus Bernard dibantu istrinya setiap hari. Tempat produksi merupakan sebuah dapur kecil terpisah dari rumah sebagai tempat memasak air enau dan mencetak gula aren.

“Pekerjaan ini sudah saya lakoni sejak remaja, untuk dikecamatan Kembayan sudah tidak banyak yang melakoni pekerjaan sebagai penyadap gula aren.hanya ada kurang lebih 3 orang yang saya ketahui,” ujar Bernardus Bernard.

Dia mengakui permintaan begitu tinggi saat Ramadhan lalu dimana setiap hari lebih dari 50 bungkus gula aren ludes terjual bahkan dirinya sampai kewalahan memenuhi permintaan masyarakat dan pasar lokal dikembayan.

Perbungkusnya dijual Bernardus seharga 25 ribu rupiah, pembeli datang langsung ke rumahnya dan ada juga yang dititip pada pedagang dipasar Kembayan.

Setelah Ramadhan juga permintaan masih tinggi karena warga banyak yang meracik minuman untuk meningkatkan daya tahan tubuh agar tetap sehat dan tidak terpapar Covid-19.

Di usianya yang sudah setengah abad lebih itu Bernardus Bernard masih lincah memanjat pohon aren setinggi kurang lebih 20 meter dipekarangan rumahnya.
Dia tidak pernah beralih ke pekerjaan lain selama ini, hanya menyadap air enau untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarganya.

Bahkan tiga anaknya bisa menempuh Pendidikan sampai ke jenjang peguruan tinggi dari tetesan air enau yang diolah menjadi gula aren.

Bernard mengakui pekerjaan sebagai penyadap air enau cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarganya sehari-hari.

Menyadap enau tidak dipengaruhi musim setiap hari bisa dilakukan baik dimusim hujan maupun dimusim kemarau.

Dia juga tidak tahu sampai kapan mampu menjalani pekerjaan sebagai penyadap air enau.

“Tidak menutup kemungkinan anaknya nanti yang akan melanjutkan pekerjaan itu secara turun temurun,” pungkasnya.

Join channel telegram websitekami.com agar tidak ketinggalan berita loker terbaru lainnya

Join now
Komentar
Bagikan:

Iklan