SUARAKALBAR.CO.ID
Beranda News Headline Guru di Pontianak Tio Magdalena Manurung Terpilih  Wakili Kalbar Ikuti Pelatihan STEM Nasional Kemendikdasmen-Monash University

Guru di Pontianak Tio Magdalena Manurung Terpilih  Wakili Kalbar Ikuti Pelatihan STEM Nasional Kemendikdasmen-Monash University

Guru Biologi SMA Kristen Immanuel Pontianak, Tio Magdalena Manurung, B.Sc. (tengah) mendapatkan presiasi berupa boneka Koala saat mengikuti Pelatihan Nasional STEM yang digelar Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Kemendikdasmen bekerja sama dengan Monash University, Australia, 17- 21 November 2025.[HO-Istimewa]

Pontianak (Suara Kalbar)– Guru Biologi SMA Kristen Immanuel Pontianak, Tio Magdalena Manurung, B.Sc., terpilih sebagai satu-satunya wakil Kalimantan Barat dalam Pelatihan Nasional STEM yang digelar Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Kemendikdasmen bekerja sama dengan Monash University, Australia. Program bergengsi ini dibiayai oleh Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) pada 17-21 November 2025.

Pelatihan tersebut dikenal sebagai salah satu program pengembangan guru paling kompetitif secara nasional. Dari 1.071 pendaftar, hanya 40 guru yang lolos setelah melalui seleksi administrasi, termasuk sertifikat kemampuan Bahasa Inggris, serta wawancara pusat.

“Menjadi satu-satunya peserta dari Kalbar adalah kehormatan sekaligus tanggung jawab besar,” ujar Tio kepada Suarakalbar.co.id, Rabu (26/11/2025).

Selama pelatihan, peserta mendapat pemahaman komprehensif mengenai pendekatan 5M dalam pembelajaran STEM yang dikembangkan pemerintah, yakni Mudah, Murah, Menyenangkan, Mindful, dan Meaningful. Dua pakar pendidikan dari Monash University, Professor Gillian Kidman dan Dr. Hazel Tan, hadir sebagai pemateri utama.

Konsep 5M menjadi dasar pengembangan pembelajaran yang sederhana, relevan, dan dapat diterapkan guru di berbagai kondisi sekolah.

“Kami dilatih untuk memastikan kegiatan STEM tidak bergantung pada fasilitas mahal. Prinsipnya: sederhana namun berdampak,” kata Tio.

Tio menyampaikan sejumlah pembelajaran yang ia dapatkan dari praktik pendidikan STEM di Australia, mulai dari pendekatan interdisipliner hingga tata kelola proyek berbasis inkuiri.

Ia menilai praktik STEM di sekolah-sekolah Australia berjalan terstruktur dan kolaboratif. Karena itu, ia menyiapkan proyek lintas mata pelajaran sebagai upaya mengadaptasi pendekatan tersebut di sekolahnya.

Program kemitraan seperti yang diterapkan John Monash Science School turut menginspirasinya. Sekolah tersebut mengembangkan sesi virtual, proyek berbasis Indigenous Science hingga Astrophysics.

“Saya ingin membuka ruang kerja sama digital agar siswa dapat belajar langsung dari pakar, meski tidak berada di kota besar,” ujarnya.

Materi lain seperti unplugged coding, computational thinking, dan penggunaan AI secara etis akan ia integrasikan dalam pembelajaran Biologi. Ia berencana memulai dari pembuatan flowchart, pemecahan masalah, hingga pemanfaatan AI untuk pengayaan, bukan sekadar alat instan.

Pada sesi makerspace, Tio mempelajari penerapan siklus desain: identifikasi masalah, perancangan, prototipe, pengujian, hingga penyempurnaan. “Bahan sederhana pun bisa menjadi pintu masuk keterampilan saintifik,” katanya.

Salah satu pengalaman yang paling membekas adalah kegiatan bambu copter yang memadukan konsep gaya, gerak, rotasi, hingga prinsip Bernoulli. Ia berencana membuat versi lokal yang menyesuaikan budaya dan konteks Kalimantan Barat.

Dalam sesi penutupan, Tio diminta memberikan testimoni mewakili peserta. Ia menekankan bahwa pembelajaran STEM bukan sekadar rangkaian aktivitas, melainkan perubahan cara pandang guru dalam mendidik.

“STEM bukan sekadar set of subjects, melainkan mindset, toolset, dan skillset yang memampukan kita menyiapkan siswa menghadapi masa depan,” ujarnya.

Sebagai perwakilan Kalbar, Tio menegaskan komitmennya menyebarkan praktik baik STEM melalui Rencana Tindak Lanjut (RTL). Ia berencana menggandeng Balai Guru dan Tenaga Kependidikan (BGTK) Kalbar untuk melaksanakan pelatihan dan pendampingan guru di berbagai kabupaten/kota.

Pelatihan ini, katanya, bukan hanya untuk dirinya, tetapi juga untuk ekosistem pendidikan yang lebih luas.

“Saya ingin berbagi praktik baik ini kepada guru-guru lain agar kita bisa membangun budaya STEM yang lebih kuat di Kalbar. Indonesia tidak akan bersinar karena obor di Jakarta, tetapi karena lilin-lilin kecil di desa. Saya ingin menjadi salah satu lilin itu dari Pontianak menyalakan cahaya kecil untuk menerangi pendidikan Kalimantan Barat,”tutupnya.

Join channel telegram websitekami.com agar tidak ketinggalan berita loker terbaru lainnya

Join now
Komentar
Bagikan:

Iklan