SUARAKALBAR.CO.ID
Beranda Lifestyle Waspada! Bakteri TBC Mampu Bertahan di Luar Tubuh dalam Waktu Lama

Waspada! Bakteri TBC Mampu Bertahan di Luar Tubuh dalam Waktu Lama

Kemampuan bakteri penyebab TBC mampu bertahan selain karena sifat alaminya, tetapi juga karena daya adaptasinya terhadap lingkungan gelap dan lembap. (Freepik.com/Rawpixel)

Suara Kalbar – Penularan tuberkulosis atau TBC selama ini dikenal terjadi melalui percikan atau droplet di udara. Namun, pakar mikrobiologi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), dr Inayati mengungkapkan fakta lain yang perlu diwaspadai. Ia menyebut bakteri Mycobacterium tuberculosis dapat bertahan hidup di luar tubuh manusia, termasuk di lingkungan lembap seperti air, tanah, dan debu.

Ia menjelaskan, ketahanan bakteri ini menjadi ancaman serius terutama bagi orang-orang di kawasan padat penduduk dengan sanitasi buruk, ventilasi kurang memadai, minim paparan sinar matahari. Kemampuan bakteri penyebab TBC mampu bertahan tidak hanya karena sifat alaminya, tetapi juga karena daya adaptasinya terhadap lingkungan gelap dan lembap.

“Bakteri TBC dapat bertahan di luar tubuh manusia selama beberapa waktu, terutama jika berada di tempat yang lembap atau tidak terkena sinar matahari. Di dalam air atau debu, ia bisa menetap hingga kondisi kembali mendukung untuk menginfeksi inang baru,” jelas dr Inayati pada Beritasatu.com, Kamis (13/11/2025).

Penderita TBC terbagi menjadi dua kategori, yakni pasien aktif dan pasien laten. Pasien aktif menularkan penyakit melalui batuk atau bersin, sementara pasien laten tidak menunjukkan gejala namun tetap membawa bakteri. Dokter Inayati memperingatkan, pasien laten umumnya sering tak sadar menjadi pembawa bakteri karena gejala yang tidak terlihat.

“Pasien laten ini tampak sehat, tidak batuk, dan tidak demam, tetapi di dalam tubuhnya masih ada kuman yang ‘tidur’. Begitu daya tahan tubuhnya menurun, bakteri bisa aktif kembali dan menular ke orang lain. Jadi, pengawasan medis dan gaya hidup sehat itu penting bahkan setelah sembuh,” tegasnya.

Merujuk pada kompleksitas penyebaran bakteri, dr Inayati menekankan pengendalian TBC tidak cukup hanya mengandalkan pengobatan. Tetapi, juga harus didukung dengan kebersihan lingkungan, ventilasi rumah yang baik, dan kesadaran masyarakat dalam menjaga sanitasi.

“Ruangan yang tertutup rapat, jarang mendapat sinar matahari, dan tak  memiliki sirkulasi udara berisiko tinggi menjadi tempat bakteri menetap. Jadi, bukan hanya pasien yang harus diobati, tetapi lingkungannya juga harus dijaga tetap sehat,” pungkas dr Inayati.

Sumber: Beritasatu.com

Join channel telegram websitekami.com agar tidak ketinggalan berita loker terbaru lainnya

Join now
Komentar
Bagikan:

Iklan