SUARAKALBAR.CO.ID
Beranda Kuliner Saprahan, Tradisi Melayu Sambas yang Tetap Hidup di Tengah Arus Modernisasi

Saprahan, Tradisi Melayu Sambas yang Tetap Hidup di Tengah Arus Modernisasi

aprahan Sambas: Harmoni Budaya dan Nilai Keislaman dalam Satu Hidangan (Suarakalbar.co.id/ist)

Sambas (Suara Kalbar) – Meski arus modernisasi terus bergerak cepat, masyarakat Melayu Sambas tetap mempertahankan tradisi Saprahan sebagai warisan budaya yang mencerminkan kebersamaan dan nilai-nilai keislaman, Jumat (14/11/2025).

Menurut informasi dari situs Kementerian Kebudayaan RI yang memuat penjelasan Majelis Adat Budaya Melayu (MABM) Sambas, Saprahan merupakan adat makan bersama yang dilakukan dengan cara menyajikan dan menikmati hidangan secara komunal. Kebiasaan ini telah diwariskan dari generasi ke generasi, terutama di lingkungan pedesaan.

Saprahan biasanya hadir dalam berbagai acara penting, seperti pernikahan, hataman Al-Qur’an, syukuran keluarga, hingga penyambutan tamu kehormatan. Dalam pelaksanaannya, masyarakat duduk bersila dalam kelompok kecil berisi enam orang, lalu menikmati makanan yang disajikan di atas lembaran daun pisang atau taplak panjang.

Lebih dari sekadar tata cara makan, Saprahan menjadi simbol eratnya persatuan, semangat gotong royong, dan kesetaraan antarwarga. Makna tersebut sejalan dengan pepatah Melayu, “Berat sama dipikul, ringan sama dijinjing; berdiri sama tinggi, duduk sama rendah.”

Dalam tradisi ini, para peserta menyantap hidangan menggunakan tangan, sementara sendok dipakai hanya untuk mengambil lauk. Cara tersebut menggambarkan nilai kesederhanaan sekaligus keakraban yang mengakar pada masyarakat Melayu Sambas.

Saprahan sendiri memiliki dua bentuk penyajian, yakni saprahan memanjang dan saprahan pendek. Keduanya tetap berfokus pada tujuan utama: makan bersama dalam suasana hangat dan penuh rasa hormat.

Bagi komunitas Melayu Sambas yang kental dengan nilai-nilai Islam, saprahan juga dipandang sebagai praktik yang mengandung pesan moral dan spiritual. Tradisi ini sejalan dengan rukun iman dan rukun Islam, menjadi pengingat bahwa kebersamaan harus disertai rasa syukur dan niat yang baik.

Hingga sekarang, tradisi saprahan masih mudah ditemui, mulai dari kegiatan sederhana di rumah-rumah warga hingga gelaran besar dalam acara adat dan pesta pernikahan. Keberlanjutannya menjadi tanda bahwa nilai budaya dan religius masyarakat Sambas tetap lestari di tengah perkembangan zaman.

Penulis: Serawati

Join channel telegram websitekami.com agar tidak ketinggalan berita loker terbaru lainnya

Join now
Komentar
Bagikan:

Iklan