BAHAUM: Kearifan Lokal Masyarakat Sanggau dalam Menyelesaikan Konflik
Sanggau (Suara Kalbar) – Dosen Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Pontianak, Prof. Dr. Ismail Ruslan, M.Si, berkesempatan menjadi Guest Lecturer di Universiti Teknologi MARA (UiTM) Cawangan Sarawak, Kamis (23/10/2025), bertempat di Gedung Islamic Convention Centre, Sarawak. Dalam sesi kuliah dan perkongsian ilmiah tersebut, Ismail mengangkat tema menarik tentang kearifan lokal masyarakat Sanggau dalam menjaga harmoni sosial, yang dikenal dengan istilah “Bahaum.”
Dalam pemaparannya, Prof. Ismail menjelaskan bahwa kearifan lokal merupakan identitas dan kepribadian masyarakat setempat yang diwariskan secara turun-temurun. Kearifan ini, menurutnya, tidak hanya menjadi ciri khas budaya, tetapi juga menjadi pedoman dalam menyelesaikan berbagai persoalan sosial dan keagamaan di tengah masyarakat.
“Masyarakat Ilir Kota Kecamatan Kapuas memiliki kearifan lokal yang sangat kuat dalam menjaga dan mengawal kerukunan antarkelompok masyarakat. Nilai ini menjadi karakter mereka dalam menangani perselisihan maupun potensi konflik,” ujar Ismail.
Istilah “Bahaum”, lanjutnya, berasal dari bahasa daerah yang berarti musyawarah — yakni kegiatan berkumpul bersama untuk membicarakan suatu persoalan secara terbuka dan mencari keputusan secara mufakat. Meski sering digunakan dalam konteks adat istiadat, Bahaum sebenarnya dapat diterapkan untuk berbagai masalah sosial yang membutuhkan kebersamaan dalam penyelesaiannya.
“Dalam bahasa lain, bahaum juga dikenal dengan istilah mpekat, bentuk singkat dari kata mufakat. Prinsipnya adalah semua pihak harus didengar dan keputusan diambil bersama, bukan sepihak,” jelasnya.
Menurut Prof. Ismail, cara penyelesaian masalah melalui bahaum ini merupakan kekuatan sosial masyarakat Ilir Kota, Kecamatan Kapuas, dan Kabupaten Sanggau pada umumnya. Dengan melibatkan para tokoh adat, agama, dan masyarakat, berbagai perselisihan yang berpotensi menimbulkan konflik komunal dapat diselesaikan secara damai tanpa kekerasan.
“Bahaum bukan sekadar tradisi, tetapi bentuk nyata dari budaya dialog dan partisipasi sosial yang memperkuat kohesi masyarakat. Nilai ini layak menjadi inspirasi bagi masyarakat lain dalam menjaga kerukunan dan persatuan,” pungkasnya.
Penulis: Tim Liputan
IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Join channel telegram websitekami.com agar tidak ketinggalan berita loker terbaru lainnya
Join now





