Ukuran Leher Bisa Jadi Tanda Risiko Penyakit Jantung dan Stroke, Ini Penjelasan Ahli
Suara Kalbar – Deteksi dini penyakit jantung kini bisa dilakukan dengan cara yang tidak biasa yakni cukup dengan mengukur ukuran leher seseorang. Para ahli kesehatan mengungkapkan bahwa lingkar leher dapat menjadi indikator penting terhadap risiko penyakit jantung dan strok, bahkan lebih akurat dibandingkan pengukuran berat badan atau lingkar pinggang.
Selama ini, dokter umumnya mengandalkan indeks massa tubuh (BMI) dan rasio pinggang-pinggul untuk memperkirakan risiko penyakit serius. Namun dua dosen dari Kingston University, Dr. Ahmed Elbediwy (ahli biokimia) dan Dr Nadine Wehida (ahli genetika dan mikrobiologi), menyebut bahwa lingkar leher justru dapat memberikan gambaran yang lebih jelas tentang kondisi kesehatan seseorang saat ini dan di masa depan.
Menurut para ahli tersebut, leher dengan ukuran besar bisa menjadi tanda adanya gangguan kesehatan serius, seperti tekanan darah tinggi, gangguan irama jantung (fibrilasi atrium), kadar gula tinggi saat hamil, hingga diabetes tipe 2.
“Semua kondisi ini merupakan faktor risiko utama yang dapat meningkatkan kemungkinan penyakit jantung, serangan jantung, dan gagal jantung,” tulis Dailymail, Rabu (22/10/2025).
Para ahli memperingatkan bahwa lingkar leher yang besar sering kali dikaitkan dengan obstructive sleep apnoea (OSA) atau gangguan tidur yang menyebabkan seseorang berhenti bernapas sesaat karena otot tenggorokan terlalu rileks. Kondisi ini bisa mengganggu aliran oksigen ke jantung saat tidur dan meningkatkan risiko serangan jantung.
Ukuran leher yang dianggap berisiko dari penelitian itu adalah ebih dari 43 cm (17 inci) untuk pria dan lebih dari 35,5 cm (14 inci) untuk wanita. Cara mengukurnya pun sederhana.
“Cukup lilitkan pita ukur di bagian tersempit leher Anda, pastikan tidak terlalu longgar atau terlalu ketat,” tulis Dr Ahmed dan Dr Nadine dalam publikasi mereka di The Conversation.
Meski begitu, keduanya menegaskan bahwa hasil pengukuran di atas batas tersebut bukan alasan untuk panik. Namun tetap perlu diperhatikan secara serius sebagai langkah deteksi dini penyakit jantung. “Lingkar leher hanyalah satu bagian dari gambaran besar kesehatan tubuh, tapi merupakan indikator penting yang sering diabaikan,” tulis mereka.
Para ahli menjelaskan, lemak di area leher dan tubuh bagian atas cenderung melepaskan asam lemak ke dalam darah, yang dapat mengganggu metabolisme kolesterol, gula darah, dan detak jantung. Lingkar leher yang besar juga sering menunjukkan adanya lemak visceral, yaitu lemak tersembunyi di sekitar organ dalam yang sangat berbahaya dan berhubungan langsung dengan peningkatan risiko kematian akibat penyakit jantung.
Sebuah studi pada tahun 2019 juga mendukung temuan ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa orang dengan leher tebal memiliki tekanan darah tinggi dan fibrilasi atrium lebih sering, dua kondisi yang berpotensi menyebabkan pembekuan darah, stroke, dan gagal jantung. Selain itu, diabetes yang kerap dikaitkan dengan ukuran leher besar dapat menyebabkan komplikasi berat, mulai dari gangguan penglihatan hingga amputasi.
Sementara itu, penderita sleep apnoea juga berisiko mengalami kecelakaan lalu lintas akibat kelelahan kronis, menambah daftar dampak serius dari kondisi ini terhadap kesehatan. Para ahli mengingatkan, jika pola metabolisme terganggu, jantung tidak akan mampu memompa darah secara optimal, yang pada akhirnya dapat berujung pada gagal jantung. Oleh karena itu, deteksi dini penyakit jantung melalui ukuran leher dapat menjadi langkah pencegahan sederhana namun efektif.
Sumber: Beritasatu.com
Join channel telegram websitekami.com agar tidak ketinggalan berita loker terbaru lainnya
Join now