Andi, Pemuda 21 Tahun yang Tak Malu Berjualan Sayur Demi Keluarga
Melawi (Suara Kalbar) – Pagi ini, hujan tipis membasahi jalan-jalan di kota Nanga Pinoh. Di tengah udara dingin dan aspal yang basah, dari kejauhan sosok pemuda menenteng keranjang sayur ditangan kiri dan kanannya.
Hanya kantong plastik menutupi kepalanya dari rintikan hujan. Tampak senyum ramah seorang pemuda bernama Andi (21), menemani ibunya berjualan sayur keliling. Ia tinggal bersama sang ibu di sebuah desa sudut kota Nanga Pinoh. Desa Kenual namanya.
Bagi sebagian orang seusianya, pagi adalah waktu untuk bersantai atau mempersiapkan aktivitas lain.
Tapi bagi Andi, sejak subuh ia sudah membantu sang ibu menata sayur di keranjang, memastikan semuanya rapi dan layak jual.
Rute mereka dimulai dari gang kecil hingga pasar-pasar di pusat kota Nanga Pinoh.
Andi adalah lulusan SMA Muhammadiyah Nanga Pinoh. Meski tak melanjutkan kuliah karena keterbatasan biaya, ia tidak menganggur atau menghabiskan waktu tanpa tujuan.
Justru, ia memilih ikut ibunya bekerja, berkeliling dari rumah ke rumah menawarkan sayur.
“Saya tidak malu. Justru saya bangga bisa membantu ibu. Hasilnya memang tidak besar, tapi cukup untuk meringankan biaya rumah,” kata Andi, sambil merapikan ikatan Sayur yang sedikit basah terkena hujan.
Sejak kecil, Andi sudah terbiasa membantu. Dulu ia membantu menyiapkan dagangan sebelum berangkat sekolah, kini ia turun langsung setiap harinya bersama ibunya dalam berjualan sayur keliling.
Di sela-sela kesibukan itu, ia masih sempat membantu tetangga yang membutuhkan bantuannya.
“Sejak SMP saya sudah bantu ibu jualan. Terutama saat libur sekolah, ” Kisahnya, kepada Jurnalis Suara Kalbar. Co. Id, Selasa (12/8/2025) pagi.
Bagi Andi, hujan, panas, atau lelah bukan alasan untuk berhenti.
“Kalau kita mau sukses, harus mulai dari apa yang ada di depan mata. Jangan gengsi,” ujarnya.
Sikap Andi menjadi pelajaran berharga bagi banyak anak muda di Melawi. Di tengah era digital yang penuh distraksi, ia menunjukkan bahwa kerja keras dan rasa hormat kepada orang tua adalah nilai yang tetap relevan.
Tak jarang, pelanggan mereka memuji kesopanannya. Ada yang sengaja membeli sayur lebih banyak hanya karena kagum melihat anak muda yang tidak gengsi bekerja keras.
Bagi Andi, perjalanan setiap hari bukan hanya soal mencari nafkah. Itu adalah bentuk cinta untuk ibunya, sebuah cara sederhana namun tulus untuk memastikan roda kehidupan keluarga terus berputar.
“Hidup ini memang berat, tapi kalau dijalani dengan ikhlas dan senyum, semua jadi ringan,” tutupnya.
Melihat ibu dan bapak tersenyum serta sehat, adalah kebahagiaan bagiku. Ia mengaku tak ingin terburu buru menikah, karena masih ingin membahagiakan kedua orang tuanya dengan keringat perjuangan.
Penulis : Dea Kusumah Wardhana
IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Join channel telegram websitekami.com agar tidak ketinggalan berita loker terbaru lainnya
Join now





