RSUD Sambas Klarifikasi Video Viral Dugaan Diskriminasi Layanan IGD
Sambas (Suara Kalbar) – Sebuah video yang menampilkan keluhan terkait dugaan diskriminasi layanan di IGD RSUD Sambas ramai beredar di media sosial. Rumah sakit disebut tidak memberikan prioritas tempat tidur kepada pasien.
Menanggapi polemik itu, Kepala IGD RSUD Sambas, dr. Wahyu, memberikan penjelasan resmi dan memastikan seluruh prosedur telah dijalankan sesuai standar.
Dalam video tersebut, tampak keluarga pasien menyampaikan keberatan karena merasa penanganan berlangsung lambat. Wahyu menegaskan bahwa pelayanan di IGD berpegang pada sistem triase, bukan urutan kedatangan. RSUD Sambas menggunakan Australian Triage Scale (ATS) untuk menentukan tingkat kegawatdaruratan secara objektif.
“Saat kejadian, kami sedang menangani pasien di area berbeda. Saya menangani pasien di area second, sementara dr. Rosihan menangani pasien yang ada dalam video,” jelas Wahyu, Rabu (10/12/2025).
Lebih lanjut, Wahyu menyampaikan bahwa pada hari tersebut kondisi IGD dalam keadaan penuh. Seluruh tempat tidur telah terisi, sementara jumlah perawat yang bertugas hanya lima orang, sehingga proses pencarian bed kosong membutuhkan waktu.
Selain itu, RSUD Sambas tengah mengalami peningkatan kunjungan pasien yang cukup signifikan. Sepanjang November 2025 saja, jumlah pasien pengguna layanan BPJS tercatat lebih dari 1.000 orang, belum termasuk pasien umum lainnya.
Menurut Wahyu, seluruh pasien yang datang tetap mendapatkan pemeriksaan dan penanganan awal. Namun, tidak semua pihak dapat menerima keputusan hasil triase yang telah ditetapkan petugas medis. Ia juga mengaku belum mengetahui secara pasti identitas pihak yang melakukan protes, karena informasi yang diterimanya hanya berasal dari unggahan di Facebook.
“Setelah dilakukan pemeriksaan dan tindakan, pasien serta keluarganya justru menyatakan puas terhadap layanan kami,” tambahnya.
Sementara itu, dokter IGD RSUD Sambas, dr. Rosihan, membenarkan bahwa pasien yang diperiksa mengalami kekurangan darah dan memang membutuhkan transfusi. Namun, proses tindak lanjut harus menunggu ketersediaan tempat tidur.
“Pihak rumah sakit telah mendatangi pasien langsung di dalam ambulans dan memberikan penjelasan kepada keluarga terkait pilihan menunggu atau dirujuk ke rumah sakit lain,” ungkapnya.
Dari pihak keluarga pasien, Harianto (48) selaku suami pasien, menuturkan bahwa selama ini pelayanan di RSUD Sambas tergolong baik. Ia menyebut istrinya sudah rutin menjalani transfusi darah di rumah sakit tersebut.
“Pihak yang sempat melontarkan protes bukan berasal dari keluarga, melainkan sopir ambulans yang ingin proses lebih cepat karena kondisi kesehatan pribadi,” ujarnya.
Kepala Bagian Tata Usaha RSUD Sambas, Muhardi, menegaskan bahwa rumah sakit tidak pernah menolak pasien dalam kondisi apa pun, serta terus melakukan evaluasi internal.
“Kami memohon maaf atas ketidaknyamanan yang terjadi. Tahun depan kapasitas tempat tidur akan kami tambah sekitar 50 unit,” pungkasnya.
Penulis: Serawati






