Mengapa Orang Bisa Kolaps Saat Berolahraga? Ini Penjelasannya
Suara Kalbar – Berolahraga merupakan bagian penting dari gaya hidup sehat karena dapat meningkatkan kebugaran, menjaga kesehatan jantung, hingga mengelola stres.
Aktivitas fisik yang dilakukan secara teratur juga membuat tubuh lebih bertenaga dan membantu meningkatkan kualitas hidup sehari-hari.
Tidak mengherankan jika semakin banyak orang menjadikan olahraga sebagai rutinitas mingguan, mulai dari latihan ringan hingga program intens di pusat kebugaran.
Ketika dilakukan dengan tepat, olahraga memberikan manfaat besar bagi tubuh. Namun di balik manfaat tersebut, aktivitas fisik tetap memiliki risiko jika dilakukan tanpa persiapan yang baik.
Salah satu kondisi yang sering dibahas adalah kolaps saat berolahraga, yang dapat terjadi pada siapa saja. Meskipun tidak selalu berbahaya, kondisi ini menunjukkan tubuh memiliki batas yang perlu dipahami.
Kolaps akibat olahraga atau exercise associated collapse (EAC) adalah kondisi ketika seseorang tidak mampu berdiri atau berjalan sendiri selama atau setelah melakukan aktivitas fisik berat.
Dahulu, kondisi ini dikenal sebagai heat syncope. EAC umumnya terjadi akibat penurunan tekanan darah sementara yang berkaitan dengan mekanisme tubuh dalam menstabilkan aliran darah. Dehidrasi, pelebaran pembuluh darah, dan berkurangnya gaya dorong darah juga dapat memperburuk kondisi ini.
Meskipun sering tampak serius, EAC berbeda dari kondisi berat seperti henti jantung mendadak atau heat stroke. Dalam banyak kasus, EAC tidak mengancam nyawa, tetapi tetap memerlukan penanganan cepat.
Oleh karena itu, penting untuk mengetahui cara hindari kolaps saat olahraga agar latihan tetap aman dan manfaatnya tetap optimal seperti berikut ini yang dikutip dari John Hopkins Medicine, Selasa (9/12/2025).
Cara Hindari Kolaps Saat Olahraga
1. Pemanasan secara cukup
Pemanasan selama sekitar 10 menit sangat dianjurkan untuk mempersiapkan tubuh. Peregangan ringan atau lari kecil bisa membantu meningkatkan suhu tubuh, melancarkan aliran darah ke otot, dan menurunkan risiko cedera.
Meski sederhana, tahapan ini sering diabaikan padahal menjadi faktor penentu kesiapan tubuh sebelum masuk ke sesi latihan inti.
2. Perhatikan sinyal tubuh sejak pemanasan
Saat pemanasan, tubuh memberikan sinyal apakah Anda dalam kondisi prima. Tanda seperti pusing, mual, atau napas terasa berat dapat menunjukkan tubuh belum siap untuk aktivitas fisik.
Tanda-tanda tersebut harus diperhatikan agar olahraga tidak memicu kondisi yang lebih serius. Jika gejala muncul, latihan sebaiknya ditunda.
3. Jaga kebutuhan cairan tubuh
Hidrasi memiliki peran besar dalam menjaga performa dan mencegah dehidrasi. Untuk olahraga di bawah satu jam, konsumsi air putih sudah cukup.
Jika durasi latihan lebih lama, minuman isotonik dapat membantu menjaga keseimbangan elektrolit agar tubuh tidak cepat lelah.
4. Gunakan pakaian yang nyaman dan menyerap keringat
Kenyamanan selama latihan dipengaruhi oleh pakaian yang dipakai. Pilih bahan yang ringan dan mudah menyerap keringat agar suhu tubuh tetap stabil.
Jika panas tubuh terperangkap, risiko overheating meningkat. Selain pakaian, sepatu yang sesuai juga penting untuk mencegah cedera.
5. Pastikan tubuh tidak sedang sakit
Olahraga saat sakit dapat memperburuk kondisi tubuh. Ketika sakit, tubuh membutuhkan istirahat, bukan aktivitas fisik tambahan. Memaksakan diri justru membuat risiko komplikasi meningkat.
6. Istirahat yang cukup sebelum berlatih
Tidur dan istirahat yang memadai menjadi bagian penting dari persiapan aktivitas fisik. Kurang tidur dapat meningkatkan risiko cedera dan membuat performa menurun. Jangan memaksakan diri berolahraga intens jika tubuh masih terasa lelah.
7. Sesuaikan jenis olahraga dengan kondisi tubuh
Aktivitas fisik harus disesuaikan dengan kondisi tubuh. Jika sedang sibuk atau kurang tidur, latihan berat dapat diganti dengan aktivitas ringan. Berjalan cepat, bersepeda, atau lompat tali selama total 150 menit per minggu sudah cukup untuk menjaga kesehatan jantung.
Faktor Risiko Kolaps Saat Olahraga
EAC paling sering dialami dalam olahraga ketahanan, seperti maraton, ultramaraton, dan triatlon. Aktivitas berat lain seperti latihan militer juga dapat memicu kondisi ini. Beberapa faktor yang meningkatkan risiko meliputi:
- Riwayat pernah kolaps saat berolahraga.
- Dehidrasi.
- Berlatih dalam cuaca panas dan lembap.
- Kurang asupan kalori.
- Memiliki penyakit kronis tertentu.
- Konsumsi alkohol sebelum olahraga.
Sedangkan usia, jenis kelamin, atau etnis tidak terbukti meningkatkan risiko EAC.
Tanda Kolaps Saat Olahraga
EAC biasanya terjadi ketika seseorang tiba-tiba menghentikan aktivitas berat, terutama olahraga luar ruangan seperti maraton atau pendakian. Kondisi ini dapat tampak mirip dengan berbagai masalah medis lain seperti henti jantung, heat stroke, atau kadar natrium rendah.
Beberapa gejala yang sering muncul meliputi pusing atau sensasi melayang, lemas menyeluruh, bingung atau gangguan kesadaran, serta pingsan sesaat setelah berhenti berolahraga.
Penanganan Awal jika Terjadi Kolaps
- Stabilisasi tekanan darah
Langkah awal yang dilakukan tenaga medis adalah menormalkan tekanan darah dengan meminimalkan gejala awal.
- Posisi trendelenburg
Jika suhu tubuh tidak berbahaya, pasien dibaringkan dengan posisi kaki lebih tinggi dari jantung untuk meningkatkan aliran darah ke otak.
- Mulai bergerak bertahap
Setelah gejala mereda, pasien dibantu untuk bergerak perlahan agar tubuh beradaptasi dengan perubahan posisi.
- Berikan cairan secara bertahap
Cairan diberikan hanya jika tidak ada tanda cedera panas atau kondisi medis lain yang memerlukan penanganan khusus.
- Pemantauan gejala tambahan
Tenaga medis harus mengamati tanda cedera panas maupun EAH karena kedua kondisi ini memerlukan protokol berbeda.
- Evaluasi jika tidak ada perbaikan
Jika gejala tidak membaik dalam lima menit, penyebab lain harus dipertimbangkan.
- Jalur infus dan pemeriksaan cepat
Pemasangan infus dapat dilakukan untuk membantu stabilisasi. Pemeriksaan elektrolit dan gula darah penting untuk mendeteksi ketidakseimbangan.
- Rujukan ke fasilitas lanjutan
Jika kondisi tidak membaik atau muncul tanda bahaya, pasien harus dirujuk ke fasilitas kesehatan dengan penanganan lebih lengkap.
Memahami cara hindari kolaps saat olahraga bukan hanya soal meningkatkan performa, tetapi juga menjaga keselamatan tubuh setiap kali beraktivitas fisik. Setiap orang perlu mengenali batas tubuh, mempersiapkan diri dengan baik, serta memastikan kondisi fisik benar-benar siap sebelum berlatih.
Sumber: Beritasatu.com
IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS






