Manfaat Jahe untuk Kesehatan, Apa Kata Para Ahli?
Suara Kalbar – Jahe dikenal luas sebagai pemberi rasa hangat pada masakan kari atau kue kering saat musim liburan. Namun, di balik cita rasanya yang khas, rimpang ini menyimpan segudang manfaat kesehatan yang telah diakui, baik secara tradisional maupun ilmiah.
Meski demikian, para ahli mengingatkan agar ekspektasi terhadap tanaman herbal ini tetap realistis.
“Ini bukan ‘obat mujarab’,” ujar Megan Crichton, peneliti dan ahli gizi di Queensland University of Technology, Australia.
“Namun ini bisa membantu mengatasi gejala-gejala tertentu, terutama mual dan nyeri,” tambahnya.
Lantas, apa saja khasiat jahe yang telah terbukti secara medis? Berikut ulasannya.
Ampuh Meredakan Mual
Selama ribuan tahun, jahe menjadi andalan dalam pengobatan Ayurveda dan tradisional Tiongkok untuk mengatasi pilek, sakit kepala, hingga kelelahan. Salah satu manfaat yang paling didukung oleh bukti ilmiah adalah kemampuannya meredakan mual.
Dr Kalgi Modi, ahli kardiologi intervensi di Louisiana State University Health, menjelaskan bahwa jahe mengandung lebih dari 400 senyawa kimia. Namun, efek anti-mual utamanya berasal dari dua senyawa kunci, yakni gingerol dan shogaol.
Kedua senyawa inilah yang memberikan rasa pedas pada jahe. Keduanya bekerja dengan memblokir pembawa pesan kimia di usus dan otak yang memicu mual, serta mempercepat proses pencernaan makanan di lambung.
Riset menunjukkan jahe dapat mengurangi intensitas mual secara signifikan pada ibu hamil dan pasien kemoterapi. Dr Zhaoping Li, kepala divisi nutrisi klinis di UCLA Health, menyarankan konsumsi teh jahe, suplemen, atau permen jahe jika sulit menelan cairan saat mual menyerang.
Pereda Nyeri dan Peradangan Alami
Selain mual, jahe memiliki sifat anti-inflamasi yang kuat. Dr Crichton menyebutkan bahwa data awal menunjukkan potensi jahe yang sangat efektif bagi penderita nyeri lutut akibat osteoartritis dan nyeri menstruasi.
Bagi Anda yang sering mengalami kram saat haid atau sakit kepala, minuman jahe bisa menjadi solusi alami. “Jus jahe segar yang dicampur dengan air dan sedikit madu, atau menyeduh irisan jahe dalam teh Anda,” saran Dr. Modi.
Namun, ia menekankan bahwa jahe sebaiknya diposisikan sebagai pendukung, bukan pengganti total pengobatan medis utama.
Dr Modi menjuluki jahe sebagai “akar obat” karena kandungan antioksidannya yang tinggi. Senyawa ini membantu menjaga kesehatan sel, mendukung sistem kekebalan tubuh, serta berpotensi meningkatkan kontrol gula darah dan tekanan darah.
Meskipun bukan sumber vitamin utama karena dikonsumsi dalam jumlah kecil, jahe tetap menyumbang magnesium, kalium, vitamin C, dan B6 dalam kadar sedang yang baik bagi tubuh.
Batas Aman
Lalu, mana yang lebih baik, jahe bubuk atau segar? Para ahli sepakat keduanya sama-sama bermanfaat. Jahe bubuk menawarkan kepraktisan, sementara jahe segar memiliki kandungan serat yang lebih utuh.
Untuk menjaga kesehatan umum, takaran yang disarankan adalah sekitar satu sendok teh jahe bubuk atau sepotong jahe segar berukuran sekitar 2,5 cm setiap harinya.
Penting untuk diingat agar tidak mengonsumsinya secara berlebihan. Menurut Dr Crichton, konsumsi berlebih dapat memicu efek samping ringan namun tidak nyaman, seperti mulas, refluks asam lambung, dan gangguan pencernaan.
Bagi mereka yang memiliki kondisi kesehatan khusus atau sedang rutin mengonsumsi obat-obatan, sangat disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter sebelum rutin mengonsumsi suplemen jahe.
Sumber: Beritasatu.com
IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS






