Optimalisasi Pelabuhan Kijing Terkendala Infrastruktur Pendukung
Pontianak (Suara Kalbar) – Pengamat transportasi intermoda Kalimantan Barat, Syarif Usmulyani Alqadrie, AH.PNB, SE.,SSIT. menilai optimalisasi Pelabuhan Internasional Kijing sebagai pelabuhan internasional masih terkendala pada infrastruktur pendukung.
“Pelabuhan Kijing di Kabupaten Mempawah, memiliki potensi besar menjadi pusat ekspor utama bagi wilayah Kalimantan dan dapat menjadi hub Internasional di wilayah utara Indonesia. Namun sampai saat ini belum bisa dioptimalkan karena masih terkendala infrastruktur pendukung yang belum memadai,” kata Usmulyani di Pontianak, Rabu.
Menurutnya, seiring dengan kesiapan fasilitas dan infrastruktur pelabuhan yang telah memenuhi standar internasional, secara umum, jika Pelabuhan Kijing beroperasi maksimal, bukan hanya Kalimantan Barat yang akan merasakan manfaatnya, tetapi juga provinsi-provinsi lain di Kalimantan.
Ia menjelaskan, posisi strategis Pelabuhan Kijing yang langsung menghadap Laut China Selatan menjadi keunggulan tersendiri, lebih efisien waktu dan biaya karena memungkinkan kapal-kapal besar bersandar dan melakukan pengiriman barang ke luar negeri dengan waktu tempuh lebih efisien.
“Dengan kedalaman pelabuhan sekitar 14,5 meter, kapal berkapasitas 30 ribu ton sudah bisa bersandar, bahkan bisa mencapai 50 ribu ton jika dilakukan pengerukan sehingga efisiensi waktu dan biaya akan jauh lebih tinggi. Misalnya, pengiriman ke China bisa menghemat waktu hingga tujuh hari dibanding melalui Singapura,” tuturnya.
Menurutnya, efisiensi tersebut memberikan nilai ekonomis besar dan peluang investasi yang signifikan bagi Kalimantan Barat.
Namun, untuk memaksimalkan potensi itu, dukungan pemerintah terhadap infrastruktur pendukung menjadi hal yang sangat penting.
“Saat ini, kendala utama adalah akses jalan dari Pelabuhan Kijing menuju Pontianak dan daerah lainnya. Pemerintah provinsi perlu mempercepat pembangunan jalur khusus truk kontainer agar tidak bercampur dengan kendaraan umum, karena tingkat risikonya tinggi,” tuturnya.
Ia mengingatkan, tanpa dukungan infrastruktur yang memadai, dampak ekonomi dari keberadaan pelabuhan berpotensi tidak optimal.
Padahal, kehadiran Pelabuhan Kijing diyakini dapat memberikan multiplier effect besar terhadap perekonomian masyarakat Kalbar maupun kawasan Kalimantan.
Lebih lanjut, Usmulyani menilai Pelabuhan Kijing telah memiliki kesiapan fasilitas yang lengkap, termasuk kepabeanan, imigrasi, dan karantina (CIQ) yang menjadi syarat utama pelabuhan internasional.
“Semuanya sudah siap. Bahkan, saat ini Pelabuhan Kijing mampu menampung hingga 17 kapal secara bersamaan. Secara regulasi dan fasilitas sudah memenuhi standar internasional,” katanya.
Meski demikian, ia mengingatkan bahwa pertumbuhan aktivitas bongkar muat di pelabuhan juga berpotensi menambah kepadatan lalu lintas di Kota Pontianak, jika arus kontainer belum sepenuhnya dialihkan ke Kijing.
“Sekarang saja pergerakan truk kontainer mencapai lebih dari 600 kali per hari, sementara kapasitas pelabuhan baru sekitar 300 TEUs. Jika target 300 ribu TEUs pada 2026 tercapai tanpa dukungan jalur distribusi yang memadai, Pontianak akan semakin macet dan risikonya tinggi terhadap keselamatan pengguna jalan,” tuturnya.
Ia mendorong pemerintah daerah dan pusat untuk mempercepat pembangunan akses pendukung serta memastikan Pelabuhan Kijing menjadi pusat logistik terpadu di Kalimantan.
“Ini bukan sekadar proyek pelabuhan, tapi investasi strategis yang akan mengubah wajah ekonomi Kalimantan. Pemerintah harus berpikir komprehensif, karena manfaatnya bukan hanya bagi Kalbar, melainkan juga Indonesia bagian timur secara keseluruhan,” katanya.
Sumber: ANTARA
IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Join channel telegram websitekami.com agar tidak ketinggalan berita loker terbaru lainnya
Join now




