Konferensi Kota Toleran 2025 Momentum Perkokoh Keharmonisan Kota di RI
Singkawang (Suara Kalbar) – Konferensi Kota Toleran (KKT) 2025 yang diselenggarakan Setara Institute di Kota Singkawang, Kalimantan Barat (Kalbar), diharapkan menjadi momentum penting bagi daerah-daerah di Indonesia untuk memperkokoh keharmonisan sosial.
KTT tersebut diikuti kepala daerah dari enam kota peraih 10 besar Kota Tertoleran 2024 yakni Salatiga, Semarang, Pematang Siantar, Sukabumi, Bekasi, dan Kediri
Wali Kota Singkawang Tjhai Chui Mie,menegaskan komitmen tersebut harus diikuti dengan langkah nyata.
Pada konferensi tersebut juga ditandatangani komitmen dan kesepakatan menjaga kerukunan yang merupakan tanggung jawab bersama, terutama di tengah keberagaman masyarakat Indonesia yang terus berkembang.
“Kita ingin pembangunan yang berkelanjutan di negeri kita. Mari mulai dari daerah kita masing-masing dengan menjaga toleransi, kerukunan, dan inklusivitas,” ujarnya di Singkawang, Senin.
Ia mengatakan keberagaman merupakan kekuatan bangsa yang harus dirawat oleh seluruh elemen masyarakat.
“Jangan lagi kita mengungkit-ungkit perbedaan. Keberagaman hadir bukan untuk dipertentangkan, melainkan untuk disyukuri dan dirayakan,” katanya.
Selama pelaksanaan, KKT 2025 memberikan ruang dialog bagi kepala daerah dan pemangku kepentingan untuk bertukar pengalaman terkait strategi memperkuat harmoni sosial. Wali Kota Singkawang juga mengapresiasi kontribusi seluruh peserta.
“Saya berharap konferensi ini tidak hanya menjadi ajang pertemuan, tetapi memicu lahirnya kebijakan nyata untuk memperkokoh keharmonisan di kota-kota kita,” ujarnya.
Dia berharap hasil konferensi ini dapat menjadi rujukan bagi penguatan nilai toleransi di daerah-daerah lain, sekaligus semakin mengokohkan Singkawang sebagai kota yang aman, inklusif, dan harmonis.
Direktur Eksekutif Setara Institute Halili Hasan mengapresiasi para kepala daerah yang dinilainya berani menjaga keberagaman di tengah masih ditemukannya praktik diskriminasi di sejumlah wilayah Indonesia.
“Ini membuktikan bahwa kepada daerah adalah sosok yang berani merawat keberagaman,” ujarnya.
Menurut Halili, toleransi dan modal sosial adalah fondasi bagi pembangunan sebuah bangsa. Ia mengingatkan bahwa nilai-nilai kebhinekaan harus ditempatkan sebagai amanah moral.
“Pancasila bukan sekadar komitmen kebangsaan, tetapi juga akuntabilitas ketuhanan. Ketika perbedaan itu dikabulkan Tuhan, mengapa justru kita bertengkar,” katanya.
Sumber: ANTARA
IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Join channel telegram websitekami.com agar tidak ketinggalan berita loker terbaru lainnya
Join now




