SUARAKALBAR.CO.ID
Beranda Lifestyle Diabetes ‘Silent Killer’ Tewaskan 6,7 Juta Orang per Tahun, Indonesia Masuk Peringkat Enam Dunia

Diabetes ‘Silent Killer’ Tewaskan 6,7 Juta Orang per Tahun, Indonesia Masuk Peringkat Enam Dunia

Tren kasus diabetes secara global menjadikan penyakit pembunuh diam-diam ini menjadi epidemi sunyi. (Freepik.com/Rawpixel)

Suara Kalbar – Penyakit diabetes terkenal memiliki julukan sebagai “silent killer” atau pembunuh diam-diam. Diabetes merupakan epidemi sunyi, dikutip dari laporan World Economic Forum, diabetes merenggut sekitar 6,7 juta jiwa di seluruh dunia setiap tahunnya. Angka ini bahkan mendekati total angka kematian yang tercatat akibat pandemi Covid-19.

Catatan angka di atas menandai bahwa satu dari sepuluh orang dewasa di dunia ini mengidap diabetes. Tak heran diabetes menjadi salah satu dari 10 penyebab kematian teratas secara global. Menurut International Diabetes Federation (IDF) atau Federasi Diabetes Internasional, jumlah penderita diabetes saat ini diperkirakan akan meningkat menjadi lebih dari 780 juta pada 2045.

Apa Itu Diabetes dan Gejalanya

Diabetes adalah kondisi kronis yang terjadi ketika tubuh tidak dapat memproduksi insulin dalam jumlah yang cukup, atau tidak dapat menggunakan dengan efektif insulin yang dihasilkan secara alami oleh tubuh. Orang yang mengidap diabetes, dapat mengalami kebutaan, gagal ginjal, serangan jantung, strok, hingga amputasi kaki karena luka.

Infografik seputar diabetes - (Antara/Antara)
Infografik seputar diabetes – (Antara/Antara)

Diabetes memiliki berbagai versi, yakni tipe 1, tipe 1,5 atau lebih dikenal dengan sebutan latent autoimmune diabetes in adults (LADA), tipe 2  dan diabetes yang banyak menyerang anak dan remaja atau saat ini dikenal dengan diabetes tipe 5. Secara umum, gejala diabetes tipe 1, tipe 2, dan LADA sama, tetapi gejala diabetes tipe 1 umumnya berkembang dalam waktu yang lebih singkat daripada LADA dan diabetes tipe 2.

Dikutip dari Healthline yang telah ditinjau secara medis oleh dokter Kelly Wood, MD, jika Anda kerap mengalami rasa lapar dan haus yang meningkat, berat badan menurun secara signifikan, sering buang air kecil, daya penglihatan mulai kabur, kelelahan ekstrem, luka yang lama sembuh maka Anda harus berhati-hati karena inilah sejumlah gejala umum dari diabetes.

Target Penanganan dan Biayanya

Sejak 2022,  Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO) menetapkan lima target cakupan diabetes global yang ditargetkan tercapai pada 2030. Target-target tersebut meliputi:

80% penderita diabetes terdiagnosis.
80% penderita diabetes terdiagnosis dengan kontrol glikemia yang baik.
80% penderita diabetes terdiagnosis dengan kontrol tekanan darah yang baik.
60% penderita diabetes berusia 40 tahun ke atas menerima statin.
100% penderita diabetes tipe 1 memiliki akses terhadap insulin yang terjangkau dan pemantauan glukosa darah mandiri.

Terkait biaya kesehatan dan finansial diabetes, pengeluaran kesehatan global untuk diabetes pada  2021 diperkirakan mencapai US$ 966 miliar dan diperkirakan akan mencapai US$ 1 triliun pada 2045.

“Sebagian besar beban biaya ini ditanggung oleh negara-negara berpenghasilan menengah dan rendah, yang juga mengalami peningkatan kasus terbesar,” ujar WHO.

Contohnya di Indonesia, Direktur Jaminan Pelayanan Kesehatan BPJS Kesehatan Lily Kresnowati mengungkapkan, dengan skema jaminan kesehatan nasional (JKN), tercatat pada 2024 kasus diabetes di Indonesia menyedot biaya hingga triliun rupiah.

“Pada 2024 terdapat 20,5 juta peserta JKN terdiagnosis hipertensi dan 7,4 juta peserta JKN terdiagnosis diabetes melitus. Total pembiayaan yang digunakan untuk pelayanan kesehatan kedua penyakit tersebut mencapai Rp 30,5 triliun, termasuk untuk penanganan penyakit penyerta seperti stroke, gagal ginjal, dan jantung,” kata Lily, dikutip dari Antara, Jumat (14/11/2025).

Angka kasus global dan Indonesia

WHO mencatat sembilan dari sepuluh orang dengan diabetes yang tidak terdiagnosis adalah penduduk yang tinggal di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah.

Jumlah kasus diabetes hampir empat kali lipat sejak 1980. Ketika IDF pertama kali menerbitkan data global pada 2000, ada sekitar 151 juta orang yang mengidap kondisi tersebut. Diperkirakan 240 juta orang di seluruh dunia hidup dengan diabetes yang tidak terdiagnosis.

“Artinya hampir separuh dari seluruh orang dewasa penderita diabetes tidak menyadari dirinya mengidap kondisi tersebut,” bunyi pernyataan IDF.

Diabetes adalah penyakit tidak menular yang menjadi salah satu penyebab kematian tertinggi di dunia, termasuk di Indonesia. Berdasarkan data dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), prevalensi pengidap diabetes di Indonesia menunjukkan tren peningkatan yang konsisten dari waktu ke waktu. Pada 2007, angka prevalensi tercatat sebesar 5,7%. Dalam kurun waktu enam tahun, angka ini meningkat menjadi 6,9% pada survei yang dilakukan pada 2013.

Peningkatan yang signifikan terus terjadi, hingga mencapai 8,5% pada 2018. Data ini secara jelas menggambarkan peningkatan secara  berkelanjutan dari tantangan kesehatan publik yang ditimbulkan oleh penyakit diabetes di Indonesia.

Sementara pada lingkup global, berdasarkan data dari International Diabetes Federation (IDF) pada 2017, jumlah penderita diabetes tersebar tidak merata di seluruh dunia, dengan Asia yang mendominasi posisi puncak.

Secara global, China menempati peringkat pertama dengan jumlah penderita yang sangat tinggi, mencapai 114,4 juta jiwa. Tepat di bawahnya, India menyusul di peringkat kedua dengan 72,9 juta penderita. Di benua Amerika, ada Amerika Serikat menduduki peringkat ketiga dengan 30,2 juta jiwa, diikuti oleh Brasil dengan 12,5 juta dan Meksiko sebanyak 12 juta jiwa.

Bagaimana dengan posisi Indonesia? Posisi Indonesia berada di peringkat keenam di dunia dengan jumlah penderita mencapai 10,3 juta jiwa. Besarnya angka ini menjadi alarm bahaya penting bagi asyarakat dan juga pemerintah Indonesia dalam menghadapi diabetes. Secara umum, data ini sekaligus juga memperlihatkaana besarnya tantangan yang dihadapi oleh negara-negara padat penduduk di seluruh dunia dalam menangani epidemi diabetes.

Kasus diabetes pada anak juga tidak bisa dianggap remeh, karena kasusnya semakin melonjak. Itulah kenapa para orang tua sangat penting memahami risiko hingga penanganan diabetes pada anak.

Grafik diabetes pada anak. - (Antara/Antara)
Grafik diabetes pada anak. – (Antara/Antara)

“Anak-anak semakin sering didiagnosis menderita diabetes. Deteksi dini sangat penting. Semakin cepat orang tua mengenali tanda-tanda peringatan, semakin besar peluang mencegah komplikasi yang mengancam jiwa tersebut,” ujar CEO Affinity Health Murray Hewlett, dikutip dari Journal News, Jumat (14/11/2025).

Data dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menunjukkan ada tren peningkatan drastis pada kasus diabetes anak. Jika pada 2000 prevalensi diabetes pada anak hanya 0,004 per 100.000 jiwa, angka tersebut melonjak menjadi 0,028 pada 2010.

Puncaknya, pada Januari 2023, prevalensi telah mencapai angka 2,0 per 100.000 jiwa. Secara akumulatif, pada Januari 2023 telah tercatat sebanyak 1.645 kasus diabetes pada anak.

Analisis kasus menunjukkan mayoritas penderita adalah anak perempuan yakni sekitar 59,3% dibandingkan anak laki-laki pada angka 40,7%. Sementara dari sisi usia, kelompok yang paling rentan adalah anak usia 10-14 tahun sebanyak 46,2% dan diikuti oleh usia 5-9 tahun sebesar 31,5%.

Sumber: Beritasatu.com

Join channel telegram websitekami.com agar tidak ketinggalan berita loker terbaru lainnya

Join now
Komentar
Bagikan:

Iklan