Visi Global untuk Gaza
Oleh: Lalitya Mahardhika
Di atas kapal-kapal kemanusiaan Global Sumud Flotilla harapan besar dan ketegangan berbaur dengan dinginnya air laut Mediterania. Upaya ke-38 untuk mengirimkan berton-ton bantuan ke Gaza berakhir dengan intervensi militer Israel. Tentara Israel mencegat setidaknya lebih dari 40 kapal untuk memasuki Gaza dengan alasan kemanan untuk mencegah penyelundupan senjata oleh Hamas. Padahal kapal-kapal tersebut hanya berisi bantuan bantuan kemanusiaan seperti obat-obatan, bahan makanan dan logistik serta politisi dan aktivis di dunia termasuk aktivis Swedia Greta Thunberg. Namun tidak hanya pencegatan, para aktivis juga diintimidasi saat penangkapan dan penahanan oleh Israel.
Sebagai bentuk protes terhadap blokade dan penangkapan aktivis, unjuk rasa terjadi di berbagai belahan dunia yang dilakukan oleh seluruh lapisan masyarakat global. Aksi ini bukan hanya terjadi di negeri-negeri Muslim namun termasuk warga Eropa seperti di Prancis, Belgia, Spanyol, Barcelona, Swiss, Inggris, Yunani dan beberapa wilayah negara lainnya. Adapun pencegatan oleh Israel ini sempurna menunjukkan bahwa warga Palestina tidak diizinkan untuk hidup bahkan sekedar untuk menerima bantuan.
Pahitnya, sebuah Deklarasi New York tentang Penyelesaian Damai Palestina dan Israel di Sidang Umum PBB ke-80 menjadikan Solusi 2 Negara sebagai pilihan paling realistis untuk Gaza. Padahal, pengakuan atas Negara Israel melukai rasa keadilan bagi rakyat Palestina. Mereka terus mengalami pengusiran dari tanah dan rumahnya, perampasan, bahkan pembunuhan dan genosida oleh Zionis Yahudi. Namun tak pernah ada 1 sanksi pun atas perbuatan pemerintahan Zionis Yahudi itu. Apakah adil bagi kita memberikan pengakuan atas keberadaan pihak yang merampas harta dan tanah orang lain sedangkan pemiliknya terusir dari kediamannya? Sungguh seruan ini telah gagal dan keterlaluan sebab menghormati, menghargai dan menjamin kemanan negara perampas Yahudi.
Selain itu, pemerintahan Zionis Yahudi (Israel) sendiri telah mengatakan dengan tegas penolakannya untuk mengakui keberadaan dan kemerdekaan Palestina. Pernyataan tersebut bahkan disampaikan oleh Benyamin Netanyahu di banyak tempat konferensi. Jadi, adanya Solusi 2 Negara bahkan ditolak oleh pihak pelaku genosida. Lantas, mengapa dunia bahkan pemimpin negeri-negeri Muslim, aktivis Muslim masih menyuarakan solusi ini untuk Palestina?
Wajib dipahami pula, bahwa solusi dua negara bukan datang dari keinginan dan suara rakyat Palestina. Rancangan ini dirumuskan oleh Komisi Peel yang dibentuk oleh Pemerintahan Inggris di tahun 1936, yang mana Inggris adalah pihak yang memfasilitasi pengungsian besar-besaran kaum diaspora Yahudi Palestina. Sehingga sudah terlihat sedari awal bahwa solusi 2 negara hanya dibuat untuk mengekallkan eksistensi Yahudi di Palestina. Pemerintahan Inggris juga tidak pernah memperdulikan nasib rakyat Palestina dari awal terjadinya genosida sehingga sekarang. Karena itu mendukung dan menganggap solusi 2 negara sebagai satu-satunya pilihan untuk Palestina adalah sesat pikir.
Kemerdekaan Palestina tidaklah dapat dicapai hanya dengan diplomasi dan perundingan damai. Secara hukum islam, Allah SWT telah memerintahkan kaum muslimin untuk melakukan perlawanan terhadap pihak-pihak yang mengusir dan memerangi mereka. Salah satunya firman Allah SWT dalam QS al- Baqarah [2]: ayat 194 “Siapa saja yang menyerang kalian, maka seranglah dia seimbang dengan serangannya terhadap kalian“. Sehingga dalam keadaan tersebut fardhu ‘ain bagi negeri Muslim melakukan jihad fi sabilillah. Sahabat-sahabat Rasulullah juga telah bersepakat untuk menjaga kehormatan dan keamanan negeri dari penyerangan musuh dengan menjalankan kewajiban jihad fi sabilillah.
Namun, perintah Allah SWT yang agung ini telah dicampakkan oleh seluruh penguasa negeri Muslim. Sebab mereka malah berkompromi dan berjabat tangan dengan zionis Yahudi dan negara-negara sekutunya untuk membentuk hubungan diplomatik. Bahkan di saat genosida terjadi di Gaza. Adapun upaya jihad fi sabilillah tidak dapat dilakukan individu atau kelompok saja, urusan ini membutuhkan kekuatan dan kekuasaan negara. Adapun negara yang melakukannya adalah negara yang bervisi kepemimpinan Islam global (Khilafah). Sebab Khilafah akan menjadi benteng umat, membela kehormatan dan berjihad melawan musuh karena Allah.
Oleh karena itu, kaum muslimin di seluruh dunia harus melakukan aktivitas amar makruf nahi mungkar kepada penguasa negeri mereka. Kaum muslimin harus mencegah pemimpin negeri berurusan baik dengan pemerintahan Zionis Yahudi. Bukan condong dan mendukung penuh sikap penguasa yang menyimpang.
Wallahu a’lam.
*Penulis adalah Aktivis Muslimah Kalimantan Barat
IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Join channel telegram websitekami.com agar tidak ketinggalan berita loker terbaru lainnya
Join now





