Pasar Motor Kecil Meningkat, Ducati Tetap Bertahan di Jalur Premium
Jakarta (Suara Kalbar)- Pasar sepeda motor saat ini tengah ramai dengan kehadiran motor berkapasitas kecil yang menyasar pengendara pemula maupun berpengalaman. Model seperti Triumph Speed 400, Scrambler 400X, Honda GB350, dan Royal Enfield Himalayan terus meningkat popularitasnya sejak pertama kali diluncurkan.
Motor-motor ini bahkan kerap menduduki posisi puncak daftar penjualan bulanan, mengalahkan model yang lebih besar dan lebih mahal. Namun, menurut laporan Motorcycle News (MCN), Rabu (22/10/2025), Ducati tidak berencana ikut terjun ke pasar motor menengah atau murah.
Kepala Komunikasi Produk Ducati, Giulio Fabbri, mengatakan keputusan tersebut sudah dibuat sejak bertahun-tahun lalu. “Kami telah memutuskan sejak lama untuk tidak membuat model murah, meskipun permintaannya terus meningkat,” ujar Fabbri.
Lalu, apakah keputusan ini merupakan sebuah kesalahan? Dan bagaimana dengan langkah Ducati yang kini mulai merambah dunia motocross, bukankah segmen itu juga termasuk motor berkapasitas kecil?
Fabbru mengatakan Ducati dibangun pada tiga pilar utama yakni gaya, kecanggihan, dan performa. Ketiga hal itu yang selalu menjadi dasar buat Ducati dalam membuat motor. Ketiga pilar itu juga yang membuat Ducati sulit membuat motor kecil berukuran murah.
“Jika ketiga hal itu digabungkan, lalu kami mencoba membuat motor kecil, maka harganya akan langsung keluar dari pasar. Karena itu, Anda tidak akan pernah melihat Ducati kecil,” jelasnya.
Meski Ducati memiliki beberapa model kelas menengah melalui lini Scrambler, Fabbri menegaskan bahwa motor murah tetap bukan bagian dari rencana bisnis perusahaan. Menurutnya, alasan Ducati meluncurkan motocross 698 Mono bukan untuk mengejar pasar motor murah, melainkan untuk menarik minat pengendara muda.
Namun dengan harga 12.995 dolar AS (sekitar Rp 210 juta) untuk 698 Mono dan 9.995 dolar AS (sekitar Rp 160 juta) untuk Scrambler versi dasar, sulit rasanya menyebut kedua motor itu ramah bagi pengendara muda atau pemula.
Lebih lanjut Fabbri menjelaskan, untuk bisa bersaing di pasar motor kecil, Ducati harus memproduksi di luar Italia, sesuatu yang tidak ingin mereka lakukan.
“Label Made in Italy adalah bagian dari identitas kami. Kami tidak akan mengorbankannya,” tegas Fabbri.
Namun, kenyataannya Ducati memang memiliki fasilitas produksi di luar Italia, yaitu di Thailand, yang melayani pasar Asia-Pasifik (kecuali Jepang dan Australia). Pabrik tersebut diketahui memproduksi model seperti Scrambler dan Multistrada, serta memiliki kapasitas untuk merakit motor yang lebih kecil.
“Kami memiliki pabrik di Thailand bukan untuk membuat motor murah. Kalau tidak begitu, kami harus membayar pajak yang sangat besar. Itu satu-satunya cara agar Ducati bisa dijual di kawasan tersebut.”
Fabbri menambahkan, Ducati adalah perusahaan kecil dengan sekitar 1.500 karyawan tetap, yang meningkat hingga 2.500 orang saat musim produksi puncak. Jumlah itu sudah mencakup tim pemasaran, penjualan, manajemen, hingga divisi balap Ducati Corse.
“Kami tidak mengejar angka penjualan besar. Kami tidak bisa melakukannya karena kapasitas pabrik kami terbatas, dan saat ini produksinya sudah mendekati batas maksimal,” jelas Fabbri.
Dengan kondisi tersebut, kecil kemungkinan Ducati akan merilis motor di bawah 500cc dalam waktu dekat. Namun, seiring perubahan tren dan menurunnya minat terhadap motor besar, bukan tidak mungkin di masa depan pabrikan asal Italia ini akan mempertimbangkan untuk membuat motor yang lebih terjangkau.
Sumber: Beritasatu.com
Join channel telegram websitekami.com agar tidak ketinggalan berita loker terbaru lainnya
Join now