SUARAKALBAR.CO.ID
Beranda Daerah Melawi Festival Rembulan, Dari Ritual Leluhur Menjadi Simbol Toleransi di Melawi

Festival Rembulan, Dari Ritual Leluhur Menjadi Simbol Toleransi di Melawi

Artis Mandarin, Meidy Li saat menghibur masyarakat pada perayaan Festival Rembulan 2025 di kabupaten Melawi.[HO-Istimewa]

Melawi (Suara Kabar) – Langit di Kota Nanga Pinoh tampak terang, Senin (6/10/2025) malam. Bulan purnama menggantung bulat sempurna di atas kota kecil di tepian Sungai Melawi.

Di halaman Gedung Majelis Adat Budaya Tionghoa (MABT) di Jalan Merak, ratusan warga berkumpul, wajah mereka dipantulkan oleh cahaya lampion dan senyum yang merekah.

Suasana begitu meriah. Musik Mandarin berpadu dengan tawa penonton, aroma kue bulan menguar di udara. Malam itu, Melawi seolah berubah menjadi satu panggung besar — tempat budaya, kebersamaan, dan toleransi bertemu dalam cahaya bulan purnama.

Perayaan Festival Kue Rembulan atau Zhong Qiu Jie sudah menjadi bagian penting dari tradisi masyarakat Tionghoa di Melawi. Dulu, perayaan ini dilakukan dalam lingkup keluarga , sebagai bentuk penghormatan kepada leluhur dan rasa syukur atas hasil panen.

Namun kini, perayaan itu berubah menjadi festival rakyat yang terbuka untuk semua kalangan.

“Festival ini bukan hanya untuk masyarakat Tionghoa, tapi juga menjadi ajang kebersamaan bagi seluruh warga Melawi,” ujar Taufik, Ketua MABT Melawi, dengan nada penuh haru ditemui Suarakalbar.co.id

Taufik mengaku bersyukur, karena dukungan pemerintah daerah dan semangat gotong royong panitia membuat festival tahun ini berjalan sukses. Baginya, Festival Rembulan bukan sekadar hiburan tahunan saja tetapi simbol kebersamaan lintas budaya yang perlu terus dijaga.

Malam itu, halaman MABT berubah menjadi semarak. Dekorasi perayaan, memantulkan sinar lembut ke wajah-wajah bahagia. Warga Tionghoa, Dayak, Melayu, hingga Jawa duduk berdampingan, menikmati suguhan musik dan pertunjukan barongsai.

Artis Mandarin dari Jakarta, Meidy Lie dan Hen Hen, sukses memanaskan suasana. Lagu-lagu klasik Mandarin mereka disambut tepuk tangan penonton.

Bahkan, Kapolres Melawi AKBP Harris Batara Simbolon pun ikut naik ke panggung dan membawakan sebuah lagu Mandarin — disambut riuh tepuk tangan dan sorakan hangat dari warga.

“Ini malam kebersamaan. Musik, lampion, dan kue bulan menyatukan kita semua,” ucap salah satu penonton, tersenyum sambil menikmati suasana.

Ribuan Kue Bulan dan Pesan Persaudaraan
Selain pertunjukan seni, panitia juga membagikan ribuan kue Rembulan secara gratis kepada masyarakat yang hadir. Kue yang menjadi ikon festival ini melambangkan persatuan, keharmonisan, dan doa agar keluarga tetap utuh di bawah cahaya bulan.

Bagi warga Tionghoa, setiap potongan kue Rembulan adalah simbol cinta keluarga dan penghormatan terhadap leluhur.

Namun malam itu, makna kue itu meluas — menjadi lambang persaudaraan antarwarga Melawi, tanpa memandang suku dan agama.

Penulis: Dea Kusumah Wardhana

Join channel telegram websitekami.com agar tidak ketinggalan berita loker terbaru lainnya

Join now
Komentar
Bagikan:

Iklan