Dokter IDAI: Anak Belum Pubertas Tak Disarankan Angkat Beban di Gym
Jakarta (Suara Kalbar)- Dokter spesialis anak konsultan endokrinologi, dr. Frida Soesanti, SpA(K), PhD, mengingatkan agar anak-anak tidak terburu-buru berlatih angkat beban sebelum masa pubertas berakhir.
Anggota Unit Kerja Koordinasi (UKK) Endokrinologi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) itu menilai, tubuh anak belum siap untuk aktivitas berat semacam itu karena otot dan tulang mereka masih dalam masa pertumbuhan.
“Kalau anak-anak belum waktunya angkat beban, enggak ada otot yang mau dibentuk. Angkat beban itu biasanya kita akan perbolehkan setelah dia selesai pubertas, which is semuanya udah selesai artinya ada pertumbuhan tulangnya yang sudah selesai,” kata Frida dalam diskusi kesehatan yang diikuti via daring di Jakarta, Selasa.
Kepala Divisi Endrokrinologi Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia-Rumah Sakit Umum Pusat Nasional dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta itu menjelaskan pada usia anak-anak dan remaja yang belum pubertas terutama kadar hormon testosteron pada anak laki-laki belum cukup tinggi untuk membentuk otot.
Selain belum efektif membentuk otot, lanjut Frida, olahraga latihan angkat beban itu juga dikhawatirkan berisiko menimbulkan cedera pada bagian tulang yang disebut lempeng epifisis yang berfungsi mendukung pertumbuhan tulang pada anak. Sebab, jika bagian ini rusak, mengganggu pertumbuhan tulang dan memengaruhi tinggi badannya.
“Untuk angkat beban kita tidak menganjurkan untuk anak-anak yang masih sedang bertumbuh, bertambah tinggi. Kalau masih anak-anak 11-12 tahun laki-laki belum ada banyak testosteronnya, apa yang mau dibentuk (otot). Berisiko mencederai lempeng pertumbuhan, anak bisa tumbuh kalau lempeng pertumbuhannya masih terbuka,” ujar Frida.
Frida menjelaskan bahwa aktivitas fisik seperti olahraga diperlukan sebagai tekanan mekanik (mechanical force) akan membantu untuk meningkatkan kekuatan tulang.
Menurut dia, pada anak-anak maupun remaja olahraga yang dianjurkan adalah yang bisa memberikan beban yang berulang repetitif terhadap tulang dan otot.
Misalnya, olahraga lari terdapat beban dari ujung kepala sampai ujung kaki, itu merupakan dalam salah satu bentuk olahraga yang bisa membantu meningkatkan kekuatan tulang. Kemudian, olahraga tenis ada beban di tangan karena mengayunnya dan ada larinya.
“Olahraga dengan gym yang untuk beban gitu, latihan beban, bukan itu yang kita minta, tapi adalah ada beban yang berulang repetitif, yang kaya tennis, lari, nge-dance, itu salah satu yang akan membantu untuk meningkatkan kekuatan tulang,” jelasnya.
Sumber: ANTARA
Join channel telegram websitekami.com agar tidak ketinggalan berita loker terbaru lainnya
Join now