Di Balik Suksesnya Siswa, Ada Doa dan Ketulusan Guru
Oleh: Bayu, M.Pd
Tidak ada kesuksesan siswa yang berdiri sendiri. Di balik setiap anak yang berhasil menapaki tangga prestasi, selalu ada sosok guru yang berperan sebagai lentera dalam perjalanan panjang itu. Guru bukan sekadar pengajar yang mentransfer ilmu, melainkan sosok pembimbing yang menanamkan nilai, membentuk karakter, dan menuntun dengan penuh kesabaran. Sayangnya, peran besar ini sering kali tidak tampak di permukaan, kalah oleh gemerlapnya sorotan terhadap keberhasilan siswa semata.
Guru sejati bekerja dengan hati. Ia mungkin tidak selalu mendapatkan imbalan materi yang setimpal, namun dedikasinya tak pernah surut. Ketika siswa-siswanya tertidur di malam hari, banyak guru yang masih terjaga, menyiapkan bahan ajar, memeriksa tugas, dan merancang cara agar setiap anak bisa memahami pelajaran dengan baik. Di antara kerja keras itu, doa-doa lirih mereka melangit doa agar anak-anak didiknya menjadi manusia yang sukses dan berakhlak mulia.
Dalam era digital saat ini, peran guru kerap diuji. Teknologi menawarkan kemudahan belajar mandiri, tetapi tak bisa menggantikan sentuhan kemanusiaan dari seorang pendidik. AI, video pembelajaran, dan berbagai platform daring mungkin membantu dalam penyampaian materi, namun nilai ketulusan, empati, dan motivasi moral tetap hanya bisa lahir dari hati seorang guru. Di sinilah letak keistimewaan mereka sosok yang bukan hanya mencerdaskan, tapi juga menghidupkan nilai-nilai kemanusiaan.
Sayangnya, masih banyak guru yang bekerja dalam keterbatasan. Fasilitas minim, beban administrasi tinggi, dan kesejahteraan yang belum memadai sering kali membuat mereka lelah. Namun, semangat untuk melihat anak-anaknya berhasil menjadi penyemangat yang tidak bisa dibeli. Mereka tetap tersenyum di kelas, tetap mengajar dengan semangat, seolah lelahnya hilang ketika melihat satu siswa saja berhasil memahami pelajaran hari itu.
Masyarakat perlu lebih menghargai peran guru, bukan hanya pada momen-momen seremonial seperti Hari Guru Nasional. Penghargaan yang sejati terwujud melalui kepedulian terhadap kesejahteraan, dukungan terhadap profesionalisme, dan kepercayaan penuh terhadap peran mereka dalam mencetak generasi masa depan. Guru bukan sekadar profesi, tetapi panggilan jiwa yang membutuhkan penghormatan dan penghargaan yang tulus.
Sukses seorang siswa sejatinya adalah cerminan dari keberhasilan guru dalam menanamkan nilai-nilai kehidupan. Ketika seorang siswa berani bermimpi besar, disiplin dalam belajar, dan rendah hati dalam berprestasi di sana ada jejak tangan lembut seorang guru yang membentuknya. Ketulusan mereka adalah fondasi yang tidak kasat mata namun menjadi pondasi kuat bagi karakter dan masa depan siswa.
Di tengah perubahan zaman dan arus globalisasi, guru juga dituntut untuk terus beradaptasi. Mereka harus menjadi pembelajar sepanjang hayat mengikuti perkembangan teknologi, memahami psikologi generasi muda, dan tetap menanamkan nilai-nilai luhur. Ini bukan tugas yang mudah, namun guru melakukannya tanpa pamrih. Mereka percaya, setiap ilmu dan nilai yang ditanamkan akan tumbuh menjadi cahaya bagi masa depan bangsa.
Bagi banyak siswa, sosok guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa yang sesungguhnya. Mereka bukan hanya pengajar di ruang kelas, tapi juga tempat curhat, motivator, bahkan orang tua kedua. Ketika siswa kehilangan semangat, guru lah yang menyalakan kembali api motivasi itu. Ketika siswa gagal, guru tidak menghakimi justru menggandeng tangannya untuk mencoba lagi.
Oleh karena itu, sudah saatnya masyarakat, pemerintah, dan dunia pendidikan menempatkan guru di posisi yang semestinya: sebagai fondasi utama kemajuan bangsa. Pendidikan yang kuat hanya bisa lahir dari guru yang bahagia dan dihormati. Di tangan mereka, masa depan Indonesia dibentuk bukan hanya dengan kecerdasan, tetapi juga dengan cinta dan doa.
Akhirnya, di balik setiap siswa yang melangkah dengan percaya diri, berdiri seorang guru yang berdoa dalam diam. Di balik setiap nilai sempurna, ada ketulusan yang tak terlihat. Sukses siswa adalah cermin dari kesabaran dan pengorbanan guru. Maka, ketika kita memuji keberhasilan seorang anak, jangan lupa sertakan ucapan terima kasih kepada mereka yang telah menuntun dari belakang: para guru, sang penyalur cahaya bagi masa depan bangsa.
*Penulis adalah Dosen Universitas Sultan Muhammad Syafiuddin Sambas (UNISSAS)
IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Join channel telegram websitekami.com agar tidak ketinggalan berita loker terbaru lainnya
Join now