Seriwang Sangihe, Burung Biru yang Bertahan di Ujung Punah
Jakarta (Suara Kalbar)- Pulau Sangihe di ujung utara Sulawesi Utara tidak hanya menyimpan pesona wisata alam yang memesona, tetapi juga menjadi rumah bagi salah satu burung paling langka di dunia seriwang sangihe atau manu’ niu, burung kecil endemik yang hanya hidup di hutan Gunung Sahendaruman.
Gunung Sahendaruman terletak di sisi selatan Pulau Sangihe, dapat ditempuh sekitar 45 menit penerbangan dari Manado atau tujuh jam perjalanan laut.
Di kawasan hutan pegunungan ini, tercatat hidup delapan jenis burung endemik, dengan empat di antaranya berstatus terancam punah.
Seriwang sangihe merupakan burung mungil berwarna biru dengan panjang sekitar 18 cm. Spesies ini sempat dianggap punah karena selama lebih dari satu abad hanya dikenal dari satu spesimen awetan yang dikoleksi di Jerman pada 1873.
Harapan kembali muncul pada 1998, ketika seorang warga lokal, Anius Dadoali, melaporkan penampakan burung aneh di hutan Sahendaruman. Setelah diteliti, burung tersebut dikonfirmasi sebagai seriwang sangihe, dan sejak saat itu menjadi ikon konservasi Pulau Sangihe.
“Sedikit saja habitat di lembah-lembah itu terganggu, burung pasti akan lenyap selamanya,” ujar peneliti ekologi Hanom Bashari kepada wartawan, Selasa (9/9/2025).
Menurut survei terbaru, populasi seriwang sangihe diperkirakan hanya 34 hingga 150 ekor yang masih bertahan, semuanya berada di hutan primer Gunung Sahendaruman.
Jumlah yang sangat kecil ini menempatkan burung tersebut dalam kategori “Kritis” oleh IUCN (International Union for Conservation of Nature).
Bagi wisatawan, Gunung Sahendaruman menawarkan keindahan alam yang luar biasa yaitu trekking pegunungan berhutan lebat, dan udara sejuk dan segar.
Namun, ancaman serius datang dari rencana penambangan emas di sekitar kawasan ini. Jika hutan di Sahendaruman rusak, maka bukan hanya manu’ niu yang akan punah, tetapi juga sumber air bersih masyarakat Sangihe ikut terancam.
Gunung Sahendaruman adalah bukti bahwa ekowisata dan konservasi dapat berjalan berdampingan. Melestarikan hutan ini berarti melindungi spesies paling langka di dunia, menjaga ekosistem dan sumber air lokal, dan endorong wisata berkelanjutan di Sangihe.
Sumber: Beritasatu.com
IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS






