Perempuan di Ujung Transisi Energi, Netty Herawati Dorong Kebijakan Energi Inklusif Gender
Pontianak (Suara Kalbar) – Dalam seleksi anggota Dewan Energi Nasional (DEN) tahun 2025, nama Netty Herawati mencuri perhatian sebagai satu dari sedikit perempuan yang lolos ke tahap seleksi administratif.
Akademisi senior prodi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Tanjungpura ini membawa misi untuk menjembatani suara perempuan dalam penyusunan kebijakan energi nasional yang selama ini dianggap terlalu maskulin dan teknokratis.
“Perempuan itu kelompok yang paling terdampak dari berbagai persoalan, termasuk energi. Tapi selama ini tidak dilibatkan. Nah dari situ muncul kesadaran bersama, keinginan bersama, perempuan ingin dilibatkan,” ujar Netty tegas saat diwawancarai di Pontianak pada Jum’at (18/07/2025) siang.
Ia menilai bahwa sektor energi nasional masih didominasi oleh pendekatan teknokratis yang maskulin, dan minim mempertimbangkan kebutuhan serta peran strategis perempuan dalam pengambilan keputusan.
“Tidak ada kebijakan di Dewan Energi Nasional yang keberpihakan kepada perempuan. Melibatkan, mempersyaratkan partisipasi perempuan itu belum ada,” ujarnya.
Sebagai akademisi dan peneliti yang telah lama terlibat dalam isu komunikasi dan energi, Netty melihat langsung bagaimana perempuan sering kali hanya dianggap sebagai objek, bukan subjek dalam transisi energi. Padahal, dalam praktiknya, perempuan menjadi aktor utama dalam manajemen energi rumah tangga.
“Kalau kita mengganti kompor gas ke listrik, yang menghadapi itu perempuan. Listrik naik, yang bingung itu perempuan. Bagaimana menghemat listrik di rumah, itu juga urusan ibu-ibu. Perempuan itu sangat strategis,” jelasnya.
Pengalamannya mengikuti pelatihan dari International Atomic Energy Agency (IAEA) di Amerika Serikat serta pelatihan publik energi nuklir di Jepang turut memperkuat pandangannya. Di sana, ia melihat langsung bagaimana negara lain mendorong kesetaraan peran perempuan dalam kebijakan dan teknologi energi.
Dalam proses seleksi DEN tahun ini, Netty mencatat masih rendahnya representasi perempuan. Dari 50 peserta yang lolos tahap administratif, hanya lima di antaranya adalah perempuan.
“Padahal setengah dari penduduk negeri ini perempuan,” katanya.
Ia menekankan bahwa pelibatan perempuan bukan hanya soal representasi formal, tetapi menyangkut kualitas dan keadilan kebijakan. Menurutnya, perempuan memiliki pengalaman dan perspektif unik yang jika dilibatkan, bisa memperkuat efektivitas kebijakan energi nasional.
“Kita perempuan, kita yang terdampak, kita juga menentukan, tetapi kita tidak diberi akses,” ujarnya.
Netty meyakini, pelibatan perempuan akan membawa perubahan besar dalam keberhasilan transisi energi nasional.
“Kalau perempuan terlibat, saya yakin proses transisi energi akan berjalan lebih baik, karena kalau kamu mencerdaskan satu perempuan, kamu sama dengan mengubah satu generasi,” pungkasnya.
Ia berharap DEN ke depan tidak hanya fokus pada bauran energi dan target net zero, tetapi juga menjadikan keadilan gender sebagai pilar utama kebijakan energi.
Penulis: Maria
IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Join channel telegram websitekami.com agar tidak ketinggalan berita loker terbaru lainnya
Join now





