SUARAKALBAR.CO.ID
Beranda Nasional Jamasan Pusaka, Tradisi Sakral Keraton Kasepuhan di Awal Muharam

Jamasan Pusaka, Tradisi Sakral Keraton Kasepuhan di Awal Muharam

Menyambut tahun baru Islam dan 1 Suro dalam kalender Jawa, Keraton Kasepuhan Cirebon kembali menggelar ritual jamasan atau pencucian benda pusaka. Tradisi sakral ini berlangsung selama 10 hari, dimulai sejak 1 hingga 10 Juli 2025. (Antara)

Jateng (Suara Kalbar)- Dalam rangka menyambut 1 Suro dalam penanggalan Jawa sekaligus Tahun Baru Islam 1447 H, Keraton Kasepuhan Cirebon kembali menggelar tradisi jamasan atau pencucian benda-benda pusaka. Ritual sakral ini digelar selama sepuluh hari, mulai 1 hingga 10 Juli 2025.

Ratusan pusaka, seperti keris, tombak, kujang, badik, hingga kereta legendaris Singa Barong, menjalani prosesi pencucian di Museum Pusaka Keraton Kasepuhan. Tradisi ini menjadi bagian dari spiritualitas masyarakat dan bentuk penghormatan terhadap warisan leluhur Cirebon.

“Prosesi diawali dengan doa bersama dan dilanjutkan jamasan Kereta Singa Barong yang menjadi simbol kebesaran Keraton,” ujar Patih Sepuh Keraton Kasepuhan Pangeran Raja Goemelar Soeryadiningrat, Selasa (2/7/2025).

Air untuk jamasan dicampur dengan kembang melati, mawar, hingga ukup, ramuan wewangian khas keraton yang dahulu juga dipakai untuk mengawetkan kayu pusaka.

Tak hanya benda-benda yang dipamerkan di museum, sejumlah pusaka dari ruang dalam Keraton juga turut dijamas. Proses ini akan berlangsung hingga 10 Muharam, menyesuaikan dengan banyaknya koleksi pusaka yang dimiliki Keraton Kasepuhan.

Sementara itu, Panglima Tinggi Laskar Agung Macan Ali, Prabu Diaz atau akrab disapa Mamo, menegaskan, ritual jamasan bukan bentuk pemujaan, melainkan penghormatan terhadap karya leluhur. “Sebelum dicuci, pusaka-pusaka ini didoakan terlebih dahulu. Air suci yang digunakan diambil dari sumur kejayaan di dalam kompleks Pakungwati,” jelasnya.

Ritual juga dilengkapi dengan perlengkapan khas, seperti bunga tujuh rupa, kelapa, kemenyan, kopi, serta diiringi alunan gamelan Ki Ganden, yang khas Cirebonan. Semua ini menjadi simbol rasa syukur dan doa untuk menyambut tahun baru Islam dan Jawa dengan harapan baik.

Sumber: Beritasatu.com

IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Join channel telegram websitekami.com agar tidak ketinggalan berita loker terbaru lainnya

Join now
Komentar
Bagikan:

Iklan