SUARAKALBAR.CO.ID
Beranda Bisnis Inovasi Biomassa Jadi Solusi, Profesor BRIN Dorong Kemandirian Energi Bersih dari Limbah Sawit

Inovasi Biomassa Jadi Solusi, Profesor BRIN Dorong Kemandirian Energi Bersih dari Limbah Sawit

Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Kimia, Organisasi Riset Nanoteknologi dan Material BRIN, Roni Maryana

Jakarta (Suara Kalbar) — Indonesia masih menghadapi tantangan besar dalam mewujudkan kemandirian energi baru dan terbarukan (EBT). Meski telah menetapkan target ambisius melalui Kebijakan Energi Nasional (KEN) sebesar 23 persen pada tahun 2025, capaian EBT Indonesia hingga akhir 2024 baru mencapai 14,1 persen.

Untuk menjawab tantangan tersebut, pemanfaatan biomassa lignoselulosa seperti limbah kelapa sawit dinilai dapat menjadi solusi strategis. Hal ini disampaikan oleh Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Kimia, Organisasi Riset Nanoteknologi dan Material BRIN, Roni Maryana, dalam Orasi Pengukuhan Profesor Riset di Auditorium Sumitro Djojohadikusumo, Gedung B.J. Habibie, Jakarta, Rabu (25/6/2025).

“Dengan memanfaatkan biomassa lokal, kita bisa mengurangi ketergantungan terhadap bahan kimia impor dan menciptakan industri hijau yang berkelanjutan,” ujar Roni dalam orasi ilmiahnya yang bertajuk Inovasi Teknologi Konversi Biomassa Lignoselulosa Sebagai Sumber Energi Terbarukan dan Bahan Kimia Berkelanjutan.

Pria kelahiran Ciamis, 46 tahun silam, itu menjadi Profesor Riset ke-693 secara nasional dan ke-70 di BRIN. Ia meraih gelar doktor dalam bidang bioresource engineering dari University of Tsukuba, Jepang, pada tahun 2017.

Dalam orasinya, Roni menyoroti potensi besar Indonesia dalam pemanfaatan limbah tandan kosong kelapa sawit (TKKS) sebagai bahan baku bioetanol generasi ke-2 (G2), yang tidak bersaing dengan bahan pangan. Menurutnya, potensi integrasi bioetanol generasi pertama (G1) dan G2 dari kelapa sawit dan tebu dapat memperkuat ketahanan energi nasional.

“Dengan luasan perkebunan sawit kita saat ini, diperkirakan menghasilkan limbah hingga 50 juta ton per tahun. Ini bisa dikonversi menjadi lebih dari 1,6 juta ton bioetanol,” ungkap Roni, yang juga merupakan pemegang 15 paten di bidang teknologi biomassa.

Namun demikian, ia menyayangkan bahwa hingga kini bioetanol G2 belum dikomersialisasikan di Indonesia. Padahal, pengembangan teknologi ini sejalan dengan Peraturan Presiden Nomor 40 Tahun 2023 tentang percepatan penyediaan bioetanol sebagai bahan bakar nabati (biofuel).

Lebih lanjut, Roni memaparkan hasil inovasi timnya dalam pengembangan reaktor delignifikasi, yaitu teknologi pemisahan lignin dari selulosa untuk meningkatkan efisiensi konversi biomassa. Dua teknologi andalannya adalah reaktor portabel skala laboratorium untuk eksperimen paralel dan screw continuous reactor (SCR) skala pilot yang memungkinkan pemrosesan biomassa secara kontinu dan ramah lingkungan.

Ia berharap, hasil risetnya dapat mendorong percepatan transisi energi bersih dan mendukung pengembangan ekonomi sirkular nasional.

“Dari laboratorium hingga ladang sawit, inovasi konversi biomassa kini menjadi harapan baru dalam mewujudkan Indonesia yang mandiri energi bersih dan berkelanjutan,” pungkasnya.

Sumber: sawitindonesia.com

IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Join channel telegram websitekami.com agar tidak ketinggalan berita loker terbaru lainnya

Join now
Komentar
Bagikan:

Iklan