SUARAKALBAR.CO.ID
Beranda Nasional IDAI: Sekolah Perlu Aktif Edukasi dan Pantau Konsumsi Tablet Tambah Darah pada Remaja Putri

IDAI: Sekolah Perlu Aktif Edukasi dan Pantau Konsumsi Tablet Tambah Darah pada Remaja Putri

Mencegah anemia dan kasus stunting, Ikatan Dokter Anak Indonesia menilai sekolah perlu memberikan edukasi dan memantau konsumsi tablet tambah darah para siswi. (ANTARA FOTO/Yusuf Nugroho)

Jakarta (Suara Kalbar)- Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menilai pentingnya peran sekolah dalam memberikan edukasi dan pemantauan konsumsi tablet tambah darah (TTD) bagi remaja putri guna mencegah anemia.

Anggota Unit Kerja Koordinasi (UKK) Hematologi Onkologi IDAI, Prof Dr dr Harapan Parlindungan Ringoringo, menjelaskan bahwa penyuluhan secara intensif di lingkungan sekolah sangat dibutuhkan untuk menangkal informasi keliru atau hoaks mengenai efek samping tablet tambah darah.

“Bagaimana meyakinkan para siswi mengonsumsi tablet tambah darah itu tidak apa-apa. Efeknya bikin mual dan perut enggak enak itu kan tidak benar. Tidak semua mengalami hal seperti itu, jadi yakinkanlah bisa meminum obat itu,” jelas Prof Parlin, dikutip dari Antara, Selasa (17/6/2025).

Sebagai contoh, Prof Parlin menyebutkan, sekolah dapat mengedukasi siswa mengenai waktu terbaik untuk mengonsumsi TTD, yakni satu hingga dua jam sebelum makan atau dua jam setelah makan.

“Minum tabletnya jangan bersamaan dengan makanan, karena nanti penyerapan zatnya jadi terganggu,” tambahnya.

Program pemberian TTD bagi remaja putri merupakan bagian dari upaya pemerintah melalui Kementerian Kesehatan untuk menanggulangi anemia sekaligus mencegah kasus stunting. Program ini menyasar siswi sekolah menengah pertama (SMP) dan sekolah menengah atas (SMA) sebagai bagian dari peningkatan kualitas hidup perempuan sejak usia muda.

“Pemerintah sudah menganjurkan pemberian zat besi secara rutin, sekali seminggu pada semua remaja putri. Sepanjang tahun dan itu program dari puskesmas, kerja sama dengan Kementerian Pendidikan, dengan sekolah-sekolah dari SMP-SMA,” tandas Prof Parlin.

Berdasarkan Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023, prevalensi anemia pada remaja usia 15–24 tahun tercatat sebesar 15,5%, sedangkan pada kelompok usia 5 hingga 14 tahun mencapai 16,3%. Akibat menstruasi setiap bulan, remaja putri dapat kehilangan sekitar 12,5 sampai 15 miligram zat besi.

Sumber: Beritasatu.com

IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Join channel telegram websitekami.com agar tidak ketinggalan berita loker terbaru lainnya

Join now
Komentar
Bagikan:

Iklan