SUARAKALBAR.CO.ID
Beranda Opini 30 Kilometer Menuju Gelar: Mahasiswa D3 dan Perjuangan Setiap Pagi

30 Kilometer Menuju Gelar: Mahasiswa D3 dan Perjuangan Setiap Pagi

Source: https://images.app.goo.gl/YA3zpXdABehRSvgf8

Oleh: Andi Dini Alifiah Azizah

KETIKA kuliah bukan hanya soal tugas dan dosen, tapi juga soal jarak, waktu, dan tekad yang tak boleh padam. “Kalau kamu bertanya siapa mahasiswi paling tangguh yang saya kenal, saya akan menyebut namanya tanpa ragu, Bela,” ucap Andra, salah satu mahasiswa semester empat di PNJ.

Bela bukanlah seorang mahasiswi yang pretasinya sangat melonjak, bukan juga seorang mahasiswi yang mendapatkan beasiswa. Setiap kali saya ingin menyerah karena lelahnya menjalani kuliah, saya selalu teringat dengannya dan jarak 30 kilometer yang Ia tempuh setiap harinya selama tiga tahun.

Saya pertama kali mengenalnya saat saya berada di semester dua. Ia satu tingkat di atas saya. Kami bertemu di kantin. Ia datang dengan pakaian rapih, wajah lelah, dan kantung mata yang hitam.

Bela tinggal di salah satu kota Jakarta. Banyak kendaraan besar di tempat Ia tinggal. Setiap hari Ia harus mengendarai sepeda motor melewati berbagai macam kendaraan seperti motor, mobil, truk, bis, bahkan rel kereta.

“Kalau hujan, ya aku biasanya berhenti dulu untuk ganti sandal, untungnya semua sudah tersedia di jok motorku itu,” katanya pada saya sambil tertawa kecil. Bela juga tidak pernah datang terlambat ke kampus, bahkan Ia selalu datang satu jam lebih awal sebelum kelasnya dimulai.

Bukan hanya jarak yang Ia tempuh, tetapi juga mentalnya. Ayahnya hanya seorang buruh dan ibunya hanya seorang ibu rumah tangga biasa. Bela juga bekerja sebagai penulis lepas di hari libur untuk menambah uang sakunya. Dan Bela juga aktif berorganisasi di kampus.

“Kalau ada deadline, ya aku kerjain sampe malam, sampe begadang. Besoknya tetap berangkat jam 5 pagi seperti biasa,” ucapnya dengan nada santai.

Kendaraan yang dikendarainya pun, tentunya pernah bermasalah. “Pernah satu kali aku terpeleset di jalan, untungnya aku tidak celaka, tetapi sesudahnya saya harus pelan-pelan mengendarainya karena bannya menjadi sangat licin dan bergoyang, seperti ingin terjatuh,” ucapnya lagi.

Teman-temannya yang lain pun mengakui semangat yang dimiliki Bela. Bela tidak pernah mengeluh lelah, baginya, lelahnya adalah kenikmatan yang harus disyukuri karena masih bisa berkuliah.

Kini Bela sedang menyusun tugas akhir sambil tetap bekerja sebagai penulis lepas. Motor yang Ia gunakan juga masih menjadi andalannya hingga kini. Semangatnya pun masih sama. Melihat Bela mengingatkan saya bahwa perjuangan tidak selalu tentang hal besar. Kadang, perjuangan itu sesederhana seseorang yang bangun lebih pagi dari yang lain, menempuh jalan yang lebih panjang dan tetap duduk di kelas dengan kepala tegak.

Bela tidak pernah menyerah pada jarak, maupun pada lelah. Ia telah mengajarkan kita satu hal penting, bahwa kuliah bukan hanya soal nilai tapi tentang bagaimana kita bertahan dan tetap berjalan, sejauh apapun jalan itu.

Catatan: Cerita ini ditulis berdasarkan kesaksian narasumber sebagai teman kenalannya, wawancara dengan tokoh yang menceritakan, serta narasumber pendukung lainnya. Nama dan lokasi telah disesuaikan untuk kebutuhan jurnalistik.

IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Join channel telegram websitekami.com agar tidak ketinggalan berita loker terbaru lainnya

Join now
Komentar
Bagikan:

Iklan